Rabu, 12 Juni 2013

>>Yang Berwibawa dalam Kelelakian (Syair Anti Galau-galauan)


Bismillaahi walhamdu lahu wa na’udzu bihi minal fitan

Mereka bertanya tentang ikhwan yang hanya berteman dengan ikhwan

Aku katakan ini bukan tentang kebencian kepada wanita yang memang dasarnya rupawan
Kami hanya tak ingin tertekan oleh rayuan syaitan di balik nama-nama menawan

Mereka, para jelita yang rupawan, berduyun-duyun menawarkan pertemanan
Mereka, bidadari dunia maya datang memberi salam, sapa, canda dan puji-pujian

Bukan tak hiraukan, tapi maaf hati ingin berkelindankan suci seutuhnya dalam balutan iman
Kami lelaki ingin berwibawa dalam kelelakian
Dan engkau wanita, berusahalah bersembunyi dalam cangkang iman
Jangan engkau bawa kenistaan atas nama pertemanan

***

Aku ingin seperti Yusuf salaamun ‘alaihi
Bukan gagah dan tampannya tapi tentang kesetiaan hati agar ia tak ternodai

Aku amati:

Tak sedikit para thullab al-ilmi riang bercanda di rimba dunia maya ini

Engkau kubisiki:

“Wanita tetaplah wanita yang berbicara atas nama rasa dan hati. Berbagai kemilau godaan syaitan yang “memperindah” mereka baik dalam nama, tutur kata, suara, apalagi bahasa tubuhnya yang mengusik-ngusik hati.

Pada saat yang sama, lelaki tetaplah lelaki yang jiwanya melemah di hadapan wanita, di balik kejantanannya sebagai laki-laki.”

Terbuailah hati tuk saling mencandai.
Terciptalah perhatian saling menghiasi.
Dipublikasi tanpa risih di hadapan Allah Sang Maha Pengasih

Banyak hadits tentang ini telah kita lalui dan cermati sebagai tuntunan sang nabiyullahi alkariimi salaamun 'alaihi
Maka segeralah tinggalkan pertemanan maya ini agar hati hidup kembali dalam iman yang syahdu terharmoni

Jika hati merasa nyaman dan menawan dalam maksiati Allah Sang Pembolak-balik hati maka inilah sebenarnya musibah sejati.

Syaikh Shalih al-Maghamisiy mewanti-wanti:

“Musibah diatas musibah adalah ketika insan mendapati hatinya nyaman/teduh ketika ia memaksiati Allah Rabb al-Izzati”

***

Agar fitnah syahwat terdeteksi dan mampu terhindari maka mari kembali semburatkan takwa yang bukan hanya semata kata.

Dengannya, ada al-Furqan sebagai anugerah di jiwa dari Allah Sang Maha Pemurah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَلْ لَكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ

“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan memberikan kepadamu “furqaan” dan menghapuskan segala kesalahan-kesalahanmu dan mengampuni (dosa-dosa) mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”[1]

Kekata para ulama kita:

““Al-Furqaan” adalah pembeda antara kebenaran dan kebathilan”[2]

““Al-Furqaan” adalah cahaya dalam pandangan kalian sehingga kalian dapat membedakan hal yang bermanfaat dan mencelakan atau antara yang baik dan kerusakan.”[3]

““Al-Furqaan bermakna hidayah, pertolongan, pengokohan (iman), kemampuan dalam membedakan yang haq dan bathil, bermakna jalan keluar dari syubhat dan merupakan sebuah taufiq (yang Allah hidayahkan).”[4]

“Berkata sebagian ulama, “Al-Furqaan” berkmakna sesuatu yang bisa membedakan antara haq dan bathil. Maknanya pula bahwa Allah menjadikan mereka dalam ketetapan hati, tajamnya pandangan dan kebaikan hidayah”[5]

“Dikatakan pula bahwa “Al-Furqaan” adalah jalan keluar dari syubhat”[6]

““Al-Furqaan” bermakna ilmu dan petunjuk yang mampu menjadikan pemiliknya dapat memisahkan petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, halal dan haram”[7]

Aku ingin pula menukas kata:

Bolehlah dikata ada kesan “sensitif” dan “peka” dalam makna-makna yang ada.

Pada al-Furqan, ada jiwa yang peka bedakan antara benar dan salah,

Ada peka hati dalam menangkap “sinyal” yang menandakan bahwa syubhat maupun syahwat sedang menguji keimanan di dada,

Ada peka dalam membedakan halal dan haram yang datang menerpa,

Ada peka dalam menjaga hidayah dan sensitifitas lain yang merupakan instrumen pengokoh ataupun penambah keimanan yang menggelora.

Ingin kukatakan pula:

“Al-Furqaan” ibarat mutiara hati yang kemilaunya amat menakjubkan.

Inilah anugerah Allah kepada sosok-sosok yang ketakwaannya berusaha mereka kualitaskan.

Hati mereka menjelma lebih sensitif mendeteksi adanya fitnah syubhat dan syahwat yang datang menguji iman.

Tak hanya mendeteksi, Allah mudahkan jua keluar dari fitan[8] sehingga jiwa tak lagi terjeruji dan tertawan kehendak syaitan.

Oh kawan yang hatinya rupawan terbalut pesona akhlak dan iman,

Jadilah lelaki yang berwibawa dalam kelelakian

***

Akhir kata, tersemburatkan do’a:

Baarakallahu liy walakum jami’an
Na’udzubihi min kulli fitan

(Semoga ini pemberat amal kebaikan di hari seluruh manusia dibangkitkan)

Fachrian Almer Akiera

Mataram, 15 Jumadaa al-Uula 1434 H/ 27 Maret 2013 M