Senin, 30 Juli 2012

Raudhah Al Muhibbin


Kubisikan padamu:

"...taukah engkau ttg cinta lama??

Ia bagaikan secercah cahaya yang diam terpaku di sudut ruang hati..
Ia menggema namun tanpa suara..
Lama tertidur oleh waktu..


Untuk Ikhwan Yang Hendak Ta’aruf sama Akhwat : Hati hati, Anda Sedang Berurusan Dengan Ciptaan-Nya Yang Paling Perasa; Jangan Lukai Mereka

http://irilaslogo.files.wordpress.com/2009/11/gelas-kaca.jpg
Bismiillaahirahmaanirrahiim
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Prolog : Izinkan aku bicara dari hati seorang wanita, yang mungkin bisa mewakili suara saudari-saudariku, para akhwat pada umumnya...
Tulisan ini dibuat untuk saudaraku para ikhwan, sedikit saya berpesan: Jika antum hendak taaruf dengan seorang akhwat, maka HATI-HATI LAH, karena Anda Sedang Berurusan Dengan Ciptaan-Nya Yang Paling Sensitif dan Paling Perasa,.. Jangan Lukai Mereka !
————————————————————————–

Bertukar Foto Ketika Ta'aruf

Bismillah…

Syukran buat saudariku di seberang sana yang dari blognya saya dapat banyak ilmu baru. Thanks...
 
Terimakasih kepada seorang teman yang telah bertanya, yang karenanya saya bertanya kepada yang lebih tahu, dan berkesempatan membaginya di sini.
Jadi, apa hukumnya bertukar foto ?
Syaikhuna Al Utsaimin -rahimahullah- berkata sebagai berikut :

Rabu, 18 Juli 2012

Setetes Risalah Langit untuk Wanita (Mengintip Mawar-mawar Padang Pasir_ part 2)

"..Lihatlah disana literatur-literatur bertumpuk membahas tentangmu
sebagai makhluk yang berbeda dengan kaum kami. Engkaulah topik yang menjadi inspirasi sekaligus menjadi kuncup-kuncup nan mempesona dalam menggerakkan pena dan tinta para penulis. wahai belahan jiwa kaum kami, pembicaraan tentangmu tidak akan pernah gersang atau pun usang seiring musim silih berganti.." [*]

****

Sepertinya anak kecil tadi[1] menunggu sang ayah keluar dari masjid. Ia berdiri pada jarak kurang dari 5 meter dari pintu masjid, dekat dengan tempat wudhu bagian depan. Umurnya mudah ditebak walaupun secara tak pasti. Setidaknya ia berada pada fase usia anak-anak Play Grup atau Taman Kanak-kanak. .

Dengarlah Suara Hatiku

"Sebaik-baik wanita ialah yang tidak memandang dan tidak dipandang oleh lelaki."

Aku tidak ingin dipandang cantik oleh lelaki. Biarlah aku hanya cantik di matamu. Apa gunanya aku menjadi perhatian lelaki andai murka Allah ada di situ.

Apalah gunanya aku menjadi idaman banyak lelaki sedangkan aku hanya bisa menjadi milikmu seorang.
Aku tidak merasa bangga menjadi rebutan lelaki bahkan aku merasa terhina diperlakukan sebegitu seolah-olah aku ini barang yang bisa dimiliki sesuka hati.

Karena Dia "Ayyamam Ma'duudaat"

Bismillah,
Alhamdulillah, asshalatu wassalamu 'ala Rasuulillah wa 'ala alihi wa shahaabatihi wa man tabi'ahum bi ihsan ila yaumiddien.

Baru kemarin rasanya, kita menyambut Ramadhan. Sekarang, ia pun telah tiba pula. Belum lepas dari ingatan, hari-hari Ramadhan yang kita lalui, shiyam... qiyam... tilawah al Qur'an... menghadiri pengajian...
Itulah masa, pergantian siang dan malam adalah bahannya, pertukaran detik ke detik, menit ke menit, jam ke jam, seakan-akan saling mengejar tanpa hentinya.

Selasa, 17 Juli 2012

Karena Aku Akhwat, Maka Kudamba Ikhwan


Bismillah
Saya tiba-tiba ingat saja pesan Syaikh Dr. Isa Al Masylami hafidzhahullah di penghujung ta’lim beberapa pekan lalu. Beliau mengatakan, “Hendaknya ikhwan tidak menikah kecuali dengan akhwat, dan hendaknya akhwat tidak menikah kecuali dengan ikhwan”.
Jika dilihat dari realita di lapangan, memang ini sudah menjadi sesuatu yang dicitakan setiap akhwat dan ikhwan. Sebenarnya, setiap muslimah adalah akhwat, dan setiap muslim adalah ikhwan (mengalami penyempitan makna dalam bahasa Indonesia).
Akan tetapi, maksud saya “akhwat” di sini adalah muslimah yang agak beda dari biasanya. Lebih eksklusif (positif), langka, mahal, dan tidak sembarangan. Sifat itu hadir karena dari suluknya yang senantiasa tertutup rapat hijab, dan di jiwanya ada kerinduan yang besar terhadap akhirat. Kesenangannya bukan berada di keramaian, melainkan di taman-taman surga. Malamnya bukan untuk menongkrongi kotak ajaib bernama TV, melainkan dihiasi sujud dan istighfar kepada Rabbnya. Bacaan kesukaannya bukan buku Teori Relativitas Einstein, Giancoli, Tipler, atau semacamnya, melainkan Kitabullah. Tapi anda jangan membayangkan akhwat itu seorang bidadari yang luput dari cela dan hina. Dengan mata laksana yaqut, kulit bening, dan segala kelebihan yang Allah dan rasuNya sifatkan dalam Kitabullah dan Sunnah. Mereka hanya wanita akhir zaman yang senantiasa berusaha menambatkan hati pada sebuah buhul yang dengannya ia akan selamat dan berbahagia hingga menemui Sang Terkasih, Allah Azza wa Jalla. 

Adapun “ikhwan” yang saya maksud adalah, lelaki muslim yang dunia hanya dia letakkan di tangan sedang akhirat memenuhi hatinya. Lelaki yang suluknya senantiasa bertasyabbuh terhadap Rasulullah yang mulia, populernya, celana cingkrang dan janggut yang bertengger di dagu. Jiwanya selalu merindu Jannah, sehingga anggota tubuhnya pun tidak pernah dia relakan untuk bermaksiat. Idolanya bukan Christian Ronaldo, Messi, atau Mesut Ozil, melainkan Rasul terakhir penyempurna risalah. Hatinya tepaut di masjid dan wajahnya bercahaya karena air wudhu. Tapi, anda jangan membayangkan ikhwan adalah seorang malaikat, yang tak pernah jatuh pada kesalahan. Mereka hanyalah lelaki akhir zaman yang berusaha meniti jalan berduri dengan segenap kehati-hatian demi mengobat kerinduannya tuk memandang wajah Kekasihnya, Allah Rabbul ‘Izzati.
Akhwat, dengan segala idealisme yang dia pancangkan dalam dirinya, dia tetap hanya wanita biasa. Penuh cela dan aib. Dia diciptakan dengan naluri feminine-nya, dengan kelemahan, kekurangan dari sisi dien dan akal, dan tentu saja keinginan untuk menikah.
Di dunia ini, tentu jarang diantara muslimah yang tidak ingin menikah. Bahkan sebuah kehinaan dan keharoman bagi mereka jika mereka menginginkan menjadi rahib, karena itu bukan syariat Islam.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
وَأَتَزَوَّجُ النِّسَاءَ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِي فَلَيْسَ مِنِّي

“Dan aku pun menikahi wanita. Barangsiapa yang membenci sunnahku, maka dia bukan termasuk golonganku.” (HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya no. 5063 dan Muslim dalam Shahih-nya no. 1401, penggalan dari hadits Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu)

Mereka membutuhkan pasangan hidup dari jenisnya sendiri, sebagaimana apa yang Allah firmankan dalam QS. Ar Ruum:21 yang artinya,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. 30:21)
Di sini, saya tidak akan mengemukakan dalil-dalil tentang nikah. Dari sudut pandang seorang akhwat, saya hanya ingin menyampaikan bahwa Rasulullah senantiasa mengajarkan bagaimana kita memilih pasangan. Bagi seorang wanita muslimah, hanya ada dua syarat bagi seorang lelaki yang layak untuk dijadikan suami. Yakni yang baik agama dan akhlaknya. 
Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:
إِذَا خَطَبَ إِلَيْكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِيْنَهُ وَخُلُقَهُ فَزَوِّجُوْهُ، إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِي اْلأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيْضٌ

“Apabila seseorang yang kalian ridhai agama dan akhlaknya datang kepada kalian untuk meminang wanita kalian, maka hendaknya kalian menikahkan orang tersebut dengan wanita kalian. Bila kalian tidak melakukannya niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. At-Tirmidzi no. 1084, dihasankan Al-Imam Al- Albani rahimahullahu dalam Al-Irwa’ no. 1868, Ash-Shahihah no. 1022)

Tentu saja, itu tidak kita harapkan dari pemuda-pemuda yang senang berkeliaran di jalan-jalan, mengumbar pandangan, pecandu khamr, dan lain sebagainya. Ingatlah bahwa keinginan menikah bukan sekedar naluri manusiawi, melainkan sebuah mata rantai perjuangan. Karenanya, seorang akhwat bahkan wanita awwam pasti menginginkan lelaki yang bisa menjadi imam dalam rumahtangganya, yang mampu mentarbiyah keluarganya menjadi orang-orang yang bertaqwa. Tapi bagaimana dan dimanakah akhwat bisa mendapatkan lelaki berlabel “ikhwan”? Dia sudah barang tentu bisa mendapatkannya lewat ikhtiyar dan tawakkal kepada Rabbnya. Senantiasa memperbaiki diri, mengirim do’a-do’anya di keheningan malam, dan menyerahkan segala urusannya kepada Allah. 
Tapi dimana??? Maka kita tunggu saja jawaban Allah atas do’a-do’a tersebut. Yang pasti, bukan di jalanan, pasar-pasar, dsb. Melainkan (mudah-mudahan saja) di masjid-masjid yang di dalamnya mereka sibuk berinteraksi dengan Allah. Saya jadi ingat, ketika teman se-kost saya waktu kuliah sering melantunkan nasyid, “Dimana dicari pemuda kahfi?” Kemudian dia jawab sendiri, “Di Ulil Albab.” Hehe, geli juga kalau dengar potongan nasyid yang dia lantunkan, tapi itu mungkin lahir karena keinginannya mendapat seorang pendamping yang hatinya terpaut di masjid. Dulu nama masjid di kampus kami itu “Ulil Albab”, yang memang kalo berada di sana, kita akan banyak mendengarkan lantunan Al Qur’an dari “makhluk asing” di balik hijab apalagi di waktu-waktu istirahat kuliah, dan sorenya, masjid akan terisi oleh orang-orang yang duduk bermajelis ilmu.
Jadi, bukan sebuah kelegalan bagi seorang akhwat untuk mencari pendamping hidup lewat dunia lain (baca:dunia maya) dengan cara yang bathil. Sebagaimana yang santer saat ini. Menilai kualitas ikhwan dari postingan-postingan di FB yang sejatinya hanya hasil copas punya orang, kemudian add jadi teman, ngajak kenalan, berinteraksi intens tanpa udzur syar’i, dan akhirnya menyampaikan niat –semoga Allah mengampuni kita dan menjauhkan kita dari hal semacam ini-. Jika memang niatnya shahih, tempuhlah cara yang shahih. Karena tidak cukup dengan niat saja. Carilah perantara yang bisa membantu dan ditsiqohi. Walaupun saya berbicara dari sudut pandang akhwat, tapi yang saya maksud di atas adalah bagi akhwat maupun ikhwan. Mencari jodoh lewat dunia maya lebih banyak mudharat daripada manfaatnya. Khawatirlah dengan keshalihan yang maya. Keshalihan yang anda ukur hanya dari tulisan-tulisannya, status-status, komen-komen, dan sebagainya. 
Wahai akhwat, carilah ikhwan, ikhwan sejati. Bukan ikhwan jadi-jadian. Di FB lagak ikhwan, di dunia nyata ternyata preman. Begitupula ikhwan, carilah seorang akhwat, akhwat sejati. Jangan tertipu dengan foto profil bercadar, atau paras yang jelita. Karena itu bukan kesejatian. Yang sejati itu hanyalah ketaqwaan, yang tak akan mampu anda ukur dari dzhahir semata.
Karena aku akhwat, maka kudamba ikhwan
Walau ku bukan akhwat sejati, namun siapa yang tak damba ikhwan sejati?
Karena anda ikhwan, maka dambalah akhwat
Walau ku tak tahu andakah ikhwan sejati itu, namun kuharap dekatkanlah
Karena aku bukanlah bidadari, dan anda bukanlah malaikat
Jadi bantulah aku dekati sempurna, walau kesempurnaan bukanlah milik kita
Bantulah aku meraih derajat taqwa
Bantulah aku menjadi wanita yang dicemburui bidadari
Aku akan merasa cukup, dengan kehadiran seorang ikhwan, bukan hartawan
Karena kutahu, kekayaan bukanlah pada harta, melainkan pada jiwa
Kudamba dia yang diamnya dzikir, ucapannya menenangkan, dan marahnya tak kan menyakiti
Aku hanya membutuhkan seseorang yang ketika aku jatuh, tangannya terulur
Aku hanya ingin, dia yang menerima apa adanya
Sehingga aku pun bisa setia mendampinginya
Qona’ah dengan pemberiannya
Menjadi makmumnya dalam sujud-sujud panjang di hening malam
Dan meraih surga bersamanya di setiap jengkal perjuangan
Allah, DIA lah saksi atas ingin ini, bahkan apa yang tak cukup kutuliskan di sini
Semoga DIA berkenan, dan menyucikan niat kita
Sehingga, segala yang kita hadapi akan terasa ringan tanpa beban
Aamiin
                               
                   Akhirnya,
                   Ketika kehendakmu tak sejalan dengan kehendakNya
                   Biarkan kehendakNya yang berjalan atas hidupmu
                   Karena kehendakNya adalah kebaikan untukmu
                   Ketika inginmu tak sesuai dengan inginNya
                   Biarkan inginNya menjadi scenario terbaik bagi hidupmu
                   Karena Dia Maha Tahu segala hal tentang dirimu
                   Biarkan tangisan obati kekecewaanmu
                   Bukan kecewa pada Rabb-mu
                   Tapi kecewa pada dirimu sendiri
                   Karena tak mampu berdiri di atas inginNya
                   Hidup harus dijalani secara shalih
                   Sesakit apapun, siap ataupun tidak
                   Karena Rabb-mu tak pernah butuh persetujuanmu atas kehendakNya
Sahhalallahu lanaa...
Wa shallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa shahbihi wasallam

Al Faaqirah Ilallah
@Bilik Kecilku
Rabu, 28 Sya'ban 1433H/18 Juli 2012

Minggu, 15 Juli 2012

"DIA" di Mata Manusia

Bismillah.
Innaa lillaahi wa innaa ilayhi rooji'uun. Hari ini ada duka di dalam hati dengan kepergian salah seorang kakek kami. Beliau ditemukan meninggal di dekat jembatan dan diduga telah menjadi mayat sejak semalam. Semoga Allah merahmatinya dan mengampuni dosa-dosanya. Aamiin.
Sekilas tentang beliau. Beliau adalah seorang kakek kami dari pihak bapak. Beliau memiliki kekurangan fisik dan mental, sehingga kemana-mana beliau berjalan tanpa arah dan tujuan.

Jumat, 13 Juli 2012

Cinta dalam Diam, Mungkin Saja....

Bismillah...
Tulisan ini terinspirasi dari kutipan status seorang ummahat beberapa waktu lalu, walaupun ternyata tulisan berjudul atau bertema sama telah dipublish oleh banyak orang di dunia maya ini, saya hanya ingin mengumpul beberapa faedah dari apa yang pernah saya baca.

Banyak diantara kita yang sudah sering membaca kisah cinta romantis shahabat 'Ali radhiyallahu 'anhu dan Faathimah bintu Muhammad radhiyallahu 'anha. Cinta yang bersemi dalam hening, dalam diam. Tetapi, kadang kita melirik ke dalam diri, bisakah itu terjadi pada diri kita? Kita yang hidup di akhir zaman dengan iman yang secuil dibandingkan iman mereka? Kita dengan kondisi hati yang keras lantaran maksiat? Dan berbagai perbedaan yang tidak sulit menuliskannya dalam sebuah daftar disebabkan banyaknya poin yang menyebabkan kita dan mereka sangat berbeda.

Jumat, 06 Juli 2012

Segores Catatan Persiapan Menuju Ramadhan Mubarak

Bismillah.
إن الحمد لله تعالى نحمده ونستعينه  ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن نبينا محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم

Ini sepenggal catatan dari ta'lim yang disampaikan oleh seorang Syaikh bernama Dr. Isa Al Maslami hafidzhahullahu ta'ala. Selepas shalat maghrib tadi, sebenarnya ta'lim pembahasan Kitab Al Lu'lu' wal Marjan. Tetapi, karena seorang masyaikh datang, akhirnya ta'lim tersebut diganti dengan muhadharah singkat. Ta'limnya alhamdulillah disiarkan live di Makkah AM. Dan berikut beberapa kesimpulan yang bisa kami share ke pembaca dari apa-apa yang kami sempat simak, meski telat beberapa menit.

Readers, kita semua tau bahwa Allah itu Maha Adil. Ummat terdahulu, diberikan usia yang sangat panjang sehingga orang-orang yang beriman diantara mereka, memiliki banyak kesempatan untuk mendulang pahala sebagai bekal mereka di hari kemudian. Dan ummat Rasulullah shallallahu'alayhi wasallam, diberikan usia yang singkat, akan tetapi Allah memberi banyak keutamaan di waktu-waktu tertentu. Dimana, pada waktu-waktu tersebut, pahala amalan dilipatgandakan. Dari 12 bulan yang Allah ciptakan, Allah menjadikan 4 bulan haram (Muharram, Dzulqa'dah, Dzulhijjah, dan Rajab) ditambah bulan Ramadhan yang di dalamnya begitu banyak keutamaan yang bisa didapatkan. Momen Ramadhan adalah momen yang sangat sayang jika dilewatkan begitu saja. Jangan sampai kita menjadi orang-orang yang merugi karena lalai darinya. Dia adalah momen spesial yang belum tentu kita mendapatinya di waktu-waktu mendatang. Betapa banyak orang-orang yang dulunya bersama kita menjalani Ramadhan, tapi di tahun ini, mereka tidak lagi bersama kita. Karena takdir Allah mendahului mereka.
So, kita-kita kayaknya harus prepare banyak hal untuk menyambutnya.
Nah, bagaimana seharusnya seorang muslim menyambut Ramadhan??? Menurut pandangan Syaikh Isa hafidzhahullah, ada beberapa hal yang harus kita perhatikan.
  • Hendaknya setiap muslim membersihkan hatinya dengan memurnikan taubat kepada Allah. Taubat yang ikhlas. Seyogyanya, seorang hamba harus senantiasa memperbaharui taubat, bukan hanya ketika menghadapi Ramadhan. Tetapi, karena Ramadhan adalah bulan yang suci, maka hendaknya kita lebih mempersiapkan hati kita. Allah Ta'ala berfirman dalam QS. Al Furqan ayat 71 yang artinya,
    "Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan mengerjakan amal saleh; maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. Dan adalah Allah maha Pengampun lagi Maha Penyayang."
    Stressing, "Kejahatan/keburukan mereka diganti dengan kebajikan". Karenanya, let's TAUBAT.
  • Mengokohkan azam untuk memaksimalkan bulan tersebut untuk melakukan kebaikan-kebaikan. Senantiasa menguatkan tekad sehingga dia digolongkan sebagai orang yang bertaqwa.
    Karena, kira-kira, apa hikmah terbesar yang terkandung dalam ibadah puasa? Apakah hanya sekedar menahan lapar dahaga, sekedar "menjauhi" istri/suami kita, dan seterusnya? Sesungguhnya bukan sekedar itu saudaraku...
    Mari kita buka kembali mushaf kita, dan membaca firman Allah dalam QS. Al Baqarah:183 yang artinya,
    "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
    Yah, itulah hikmah terbesar dalam pen-syariat-an puasa, untuk menuju predikat TAQWA. Dengan berpuasa, kita mentarbiyah hati dan seluruh anggota tubuh kita untuk bertaqwa kepada Allah. Bukan hanya bertaqwa selama bulan Ramadhan, akan tetapi seluruh usia kita, kita dedikasikan untuk bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Termasuk niat yang shahih dari seorang hamba dalam menyambut Ramadhan adalah meniatkan diri untuk menjadi hamba yang bertaqwa sehingga dia benar-benar mendapatkan predikat tersebut.
  • Sesuatu yang harus dipersiapkan juga adalah menyiapkan hati, jiwa, dan mentarbiyah diri untuk ikhlas dalam ibadah kepada Allah. Dan tentu saja ini juga menjadi pelajaran besar dalam madrasah Ramadhan. Puasa mendidik jiwa untuk ikhlas dalam beribadah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits Qudsi,
    Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
    كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
    “Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak misk.
Catatan setahun lalu, entah sambungannya dimana. Terselip diantara tumpuk catatan yang belum sempat dimuroja'ah.

#ummu muhammad#

Rabu, 04 Juli 2012

Menggugat Diri Sendiri

Bismillah. Segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah Shallallahu'alayhi wasallam, shahabat, shahabiyah, tabi'in, tabi'uttabi'in serta orang2 yang senantiasa iltizam di jalan ad dienul Islam ini hingga qadar Allah berlaku atas diri2 hambaNya.

Setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan kelebihan serta kekurangan yang melekat pada diri mereka masing-masing. Tak terkecuali orang-orang yang Allah anugrahi nikmat terindah berupa hidayah Islam dan Iman serta nikmat pemilihan menjadi pengusung dakwah ilallah. Mereka adalah orang-orang yang dengan segenap kemampuan dan mujahadah berusaha meninggikan kalimat Allah lewat ajakan mereka kepada kebenaran. Namun, saat ini...sangat miris juga, karena telah banyak yang idealismenya tergerus lantaran kejahilan, kedho'ifan, dan iman yang senantiasa diuji oleh terpaan godaan syahwat yang tidak mampu dikendalikan. Tapi jangan menjadikan itu dalih untuk mudur dari garis depan medan perjuangan dakwah.

Dahsyatnya Hawa Nafsu

Sungguh sangat terasa
Bahwa perang yang besar itu
Adalah perang melawan hawa nafsu sendiri
Kala nurani bekabut
Hingga batas haq dan bathil menjadi samar
Kadang ku beroleh nasihat dari dalam diri
Tapi hiasan yang menyelimuti maksiat
Sungguh melenakan...
Hingga ku jatuh, dan jatuh lagi
Luka pun menjadi semakin banyak
Aku takut...
Kebiasaanku terjatuh menjadikan luka-luka itu
Tak lagi terasa sakit...
Hilang rasa...

#Edisi nyalin tulisan lama

Renungan #2

Hari ini tak akan kembali
ia hanya akan menjadi sejarah
dalam lembar peta kehidupanku
dan...di hadapanNya ku kan berdiri
mempertanggungjawabkan tiap detik yang berlalu

Ohh...bagaimana kan kutebus
di hari yang tak ada lagi kesempatan beramal
mana canda, tawa, senyum, dan bahagiaku?
apakah mereka juga kan jadi penyesalan?

Mataku...
mataku dengan rambut lentiknya
tapi ia khianat karena melepas anak panah dari busurnya
Bibirku...bibir yang sering bernasihat
tapi ia khianat karena anggota tubuhku enggan mengamalkannya
Telingaku...telinga yang gemar mendengarkan alunan tilawah
Tapi ia khianat saat menikmati syahdunya musik di kala sepi dari pandangan oranglain
Tanganku...ia khianat
Kakiku...ia pun khianat

Hai jiwaku...
Apakah kini kau mampu mencari tempat yang luput dari pandangan dan pengawasan Rabbmu?
Apakah engkau bisa berlari tatkala tubuhmu dimasukkan ke dalam lahat yang gelap?
Apakah engkau bisa berkata "tidak" tatkala malaikat menyeretmu ke Jahannam?
Apakah engkau bisa menunda kala Allah sudah menetapkan mautmu?
Jika engkau tidak bisa, maka apa yang membuatmu sombong?angkuh?pongah?
Dan melupakan perjanjian dengan Rabbmu?

Wahai wajahku yang telah banyak bermaksiat,
Menyungkurlah....engkau bukan siapa-siapa
Wahai mataku....menangislah, tangisi dosa-dosamu
Sungguh Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha hambaNya
Bertaubatlah, selagi pintuNya masih terbuka
Bertaubatlah...
Menangislah....selagi air mata belum mengering
Selagi nafasmu belum tiba di kerongkongan

#Nyalin tulisan lama 29/12/11

Mengejar Ampunan #1

Waktu terus berjalan mengikuti kehendak Rabbnya
Kita pun demikian
Kehidupan kita ini tidak lain hanyalah serpihan-serihan waktu
Maka sungguh merugilah diri-diri kita yang terus menerus lalai
Tergerus oleh dahsyatnya kafanaan dunia
Padahal serpihan yang telah lalu, tak akan pernah bisa kembali
Aku...
Aku tak ingin selamanya begini
Hanyut dalam fatamorgana kehidupan
Terombang-ambing oleh dahsyatnya gelombang ujian
Aku ingin kokohkan iman
Agar tak goyah meski diterpa badai cobaan
Aku kan berubah...aku kan berlari...
Menuju ampunan Rabbku...
Meski aku hilang arah,
Kan kudapatkan peta perjalananku lewat sujud-sujud malam
Kan kudengarkan tuntunan Rabbku lewat alunan syahdu kalaamullah
Kan kutemukan cintaNya dalam samudera ilmu
Kan kugapai wajahnya lewat lapar dahaga di terik suryaNya
Aku....yah...Aku tak ingin terpuruk
Tersapu oleh angin kefuturan yang semakin berhembus hebat
Yaa Robbi...Engkau saksi akan azamku
Perkenankanlah yaa Rabb...
Kabulkanlah...
Engkaulah yang Maha Pengabul Do'a...
Aamiin

Teruntuk Hati yang Terluka

Teruntuk hati yang terluka
Kutitip rindu dari sebuah kata bernama "Bahagia"
Pintunya kini telah ada di hadapanmu
Bergegaslah...langkahkan kakimu ke arahnya
Karena engkau berhak bahagia
Menebus semua airmata yang pernah tumpah
Senyum seudah menyambutmu
Ayolah...mulai dengan "bismillah
Tutup lukamu
dan tampakkan binar indah cahaya dalam bola matamu


#Nyalin tulisan lama

Serambi Madinahku

Bismillah....

Dari judul, mungkin pembaca bertanya-tanya, apa maksudnya? Yang selama ini familiar di telinga adalah Serambi Makkah, julukan untuk sebuah propinisi di barat Indonesia. Tapi wallohu a'lam, saya lupa sejak kapan saya menjuluki Kota Makassar sebagai Kota Serambi Madinah. Tidak ada alasan lain bagi saya menjadikan itu sebagai julukan melainkan karena saya sangat senang dengan semaraknya majelis 'ilmu di kota tersebut.