Rabu, 24 September 2014

Muhammad, aku merindukanmu Nak...

Bismillah...
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

Muhammad, tentu nama ini tak asing, ini adalah nama seorang yang paling layak kita cintai ketika ternyata kita adalah seorang pecinta.
Penghulu para rasul, yang diutus kepada segenap manusia.
Tak heran bila kita jumpai di buku-buku yang memuat orang-orang yang paling berpengaruh di dunia, nama beliau berada di urutan pertama.
Bahkan dalam buku-buku karya orang non muslim.

Muhammad, sejak 2007 atau 2008 silam, aku mengambil nama itu sebagai kunyah. Setelah mengetahui bahwa kunyah adalah satu diantara sunnah sang Rasul shallallahu 'alayhi wasallam. Sehingga jadilah namaku Ummu Muhammad. Dengan harapan kepada Allah, semoga anakku kelak bisa menjadi pengikut sejati beliau. Berakhlak dengan akhlak beliau.

Muhammad...
Aku merindukan hadirnya meski aku tak tau kapan kiranya ia wujud di hadapku. Tengadah doa tentu tak henti kupanjat, semoga ia hadir esok menemani hari-hariku, penyejuk mata dan hatiku. Memanggilku dengan seruan "ummi...."
Yaa Allah, sungguh aku malu menulis baris demi baris tulisan ini. Terlalu malu tuk mengakui bahwa, yaaa... aku rindu.

Apalagi tak henti terbaca di depan mataku, hadits tentang amal yang tak terputus setelah meninggal
Doa anak shalih untuk orang tuanya.

Derai air mata tak cukup melukiskan rindu ini...
Gelak tawa dan canda tak cukup tuk tutupi rasa ini
Bersedih, kecewa, karena rupanya aku belum cukup pantas dipertemukan dengannya, Muhammad...
Tetapi, walau tak menemuinya di dunia ini, aku lebih berharap bertemu dengan Muhammad yang akan menyeru dengan seruan "ummatiy...ummatiy...."
Di sanalah cinta dan rindu bermuara
Melenyapkan segala gusar dan kesengsaraan
Bertemu dengan Dzat yang paling dicinta, dan orang yang paling dicintaiNya...

Semoga Allah mengumpulkan kita di Jannah Firdaus al a'la.