Kamis, 27 Juni 2013

Cintailah Ahlul 'Ilmi


Tuntutlah 'ilmu, jika engkau tidak mampu, maka cintailah para ahlul 'ilmi, jika engkau tidak mencintai mereka, janganlah membencinya 
[Wasiat Abu Darda -radhiyallahu 'anhu-]

Menuntut 'ilmu, sudah tidak diragukan lagi hukum wajibnya, bahwa dia adalah sunnah Rasulullah yang sangat utama. Tapi tahukah kita bahwa MENCINTAI AHLUL 'ILMI adalah sebuah sunnah?

Kita mungkin bisa mengingat-ingat kembali kisah 'Abdullah bin 'Abbas yang berguru kepada Zaid bin Tsabit ridwanullahi 'alayhim ajma'in. Dimana pada saat itu Zaid bin Tsabit berada di atas sebuah kendaraan dan Ibnu 'Abbas menuntun kendaraannya. Lalu turunlah Zaid bin Tsabit dan mengatakan bahwa Ibnu 'Abbas lah yang lebih pantas berada di atas kendaraan dan ia yang menuntun kendaraannya (krn Ibnu 'Abbas adalah anak dari paman Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam). Tapi apa yang dikatakan oleh Ibnu 'Abbas? Beliau malah mengatakan bahwa "Seperti itulah Nabi kami mengajarkan kami untuk bersikap kepada para ulama'."

Inilah bukti kecintaan Ibnu 'Abbas kepada para ulama. Maka siapa diri kita yang berani mencela ulama'? menjauhkannya dari ummat? Merasa diri lebih dari mereka?

Ketahuilah bahwa ini adalah bentuk menyepelekan ulama' dan bentuk kebencian kepada ahlul 'ilmi. Maka berhati-hatilah dari memakan bangkai para ulama', sang pewaris para Nabi.
Wallohu a'lam wal musta'an.

Jumat, 21 Juni 2013

SERIAL MENAPAKI JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #6

ILMU DAN ADAB, ADAB DAN ILMU

Alangkah  indahnya  ilmu  yang  dihiasi dengan  akhlak  mulia  dan  adab  yang  terpuji.  Sebaliknya  ketika  ilmu jauh  dari adab  dan  akhlak  mulia  seolah  ia  bunga  bangkai. Menarik  perhatian  tetapi menyebarkan  bau  busuk  atau  bunga  yang  indah  tapi  berduri.

Ilmu  dan  adab,  adab  dan  ilmu  dua sisi  mata  uang  yang  tidak  bisa  dipisahkan.
Bagaimana  gerangan  api  tanpa  kayu bakar?  Bagaimana  dia  akan  menyala  dan  menerangi??  Demikianlah ilmu  tanpa  adab. Bagaimana pula kiranya tubuh tanpa ruh?? Ia hanyalah bangkai! Demikianlah adab tanpa ilmu.

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #5

Amalkan Ilmumu!

Berapa ayat yang sudah kita kaji?
Berapa hadits yang telah kitapelajari?
Sudah kita mengamalkan ilmu yang telah kita raih?

Imam asy-Syafi’I berkata, “Ilmu itu bukan yang apa yang dihapalkan. Ilmu itu adalah yang bermanfaat, antara lain membuahkan ketenangan yang berkesinambungan, charisma, khusyu’, tawadhu’ dan tunduk kepada Allah.”

Imam Malik pernah menasehati Khalifah Harun ar-Rasyid, “Apabila diajarkan kepadamu ilmu, hendaklah tampak pada dirimu ilmunya, ketenangannya, kepribadiannya, kharismanya, serta kesabarannya. Karena Nabi shollallahu 
‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Para ulama adalah pewaris para nabi.”[1]

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #4

Sucikan Jiwamu dan Raihlah Ilmu

Jiwa yang suci, batin yang bersih membuat hati cemerlang. Sehingga semakin mudah memahami ilmu. Jika ilmu dunia bisa diraih dan dikuasai oleh siapa saja sekalipun seorang pe-maksiat ataupunkafir. Tidak demikian dengan ilmu syar’I yang sangat agung dan mulia. AllahTa’ala tidak meng-anugerahkannya kecuali kepada orang-orang yang bertakwa kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman, (Artinya), “Dan bertakwalah kepadaAllah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.”[1] 

Ibnu Katsir menjelaskan makna ayatini, “(bertakwalah kamu kepada Allah) maknanya : takutlah kepada-Nya, dan senantiasalah merasakan pengawasan-Nya. Ikutilah perintah-Nya serta tinggalkan larangan-Nya.
( Allah mengajarmu) maknanya seperti firman Allah Ta’ala, (Artinya), “Hai orang-orang beriman,jika kamu bertaqwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan”.[2]
Dan seperti firman-Nya, (Artinya), “Hai orang-orang yang beriman (kepada Para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan.”[3]

آدَابُ الطَّالِبِ فِي نَفسِهِ (ADAB-ADAB SEORANG THOLIB TERHADAP DIRINYA)

بسم الله الرّحمان الرّحيم

آدَابُ الطَّالِبِ فِي نَفسِهِ
ADAB-ADAB SEORANG THOLIB TERHADAP DIRINYA

تطهيرُ القلبِ مِن آلِّ غشٍ و غلٍ و حسدٍ و سوءِ معتقدٍ أو خلقٍ ليصلُحَ بذالك لقبولِالعلمِ و حفظِه.
“Membersihkan hati dari kedengkian, dendam dan hasad serta jeleknya keyakinan atau akhlak agar dengan itu dapat menerima ilmu dan menghafalnya dengan baik.”

حسنُ ا
لنّيّةِ في طلبِ العلمِ بأن يقصدَ به وجهَ اللهِ تعالى و العملَ به و إحياءَ السّنّةِو تنويرَ قلبِه و تحلِيَةَ باطنِه.
“Memiliki niat yang baik dalam tholabul ilmi dengan bertujuan meraih keridhoan Alloh Ta’ala dan mengamalkanya serta menghidupkan sunnah, menerangi hatinya dan mengisi batinnya.”

المبادرةُ إلى تحصيلِ العلمِ في وقتِ الشّبابِ, و لايغتر بخدعِ التّسويفِ و التَّأمِيلِ,فإنّ آلَّ ساعةٍ تُمضِي مِن عمرِه لا بَدَلَ لها و لا عِوَضَ.“
Bersegera untuk mencapai ilmu di waktu muda, jangan terpengaruh dengan tipuan orang-orang yang mengulur-ngulur (waktunya) karena setiap waktu yang telah lewat dari umur tidak ada penggantinya.”

Senin, 17 Juni 2013

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #3

Ikhlaslah dan Tahanlah Lidah!

Layaknya sebuah ibadah, maka niat yang ikhlas dan tujuan yang benar dalam menuntut ilmu adalah syarat utama. Dan keikhlasan dalam menuntut ilmu bukan sekedar di pangkal jalan, namun harus terus diperbaharui dan dijaga sepanjang jalan hingga ke ujung jalan.

Inilah yang paling berat!
Kurangnya berkah ilmu.
Tidak tampak buahnya dalam prilakusehari-hari.
Mudah goyah dan tidak istiqomah.
Diantara penyebabnya adalah niatyang tidak ikhlas dan tujuan yang keliru dalam menuntut ilmu.

Apa yang dimaksud ikhlas dalam menuntut ilmu?

"Kami Saling Mencintai"

Bismillah. Alhamdulillah hamdan katsiran thoyyiban mubarokan fiihi. Assholatu wassalamu 'ala Rasulillah wa 'ala alihi wa shahbihi wa man wala'.

Sekilas melirik judul tulisan ini, mungkin biasa saja. Memang akan sangat biasa dijumpai dalam berbagai tulisan, terutama novel-novel, roman picisan, dan bahkan ungkapan ini kerap terdengar dari media-media seperti radio maupun TV. Entahkah itu drama percintaan, sinetron-sinetron, dsb. 
Well, sebenarnya tidak ada masalah dengan ungkapannya. Tetapi yang menjadi masalah adalah momen diungkapkannya.

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #2

Lebih Manis dari Madu :

Mendengar kata nikmat dan lezat barangkali pikiran kita langsung membayangkan makanan atau minuman yang palingkita sukai. Karena memang tidak sedikit dari manusia himmah-nya masih sebatasbagaimana mengisi perut dan memenuhi kebutuhan nafsu..Allahul Musta’aan.

Dulu, as-Salafush Sholeh sebagian mereka kurang makan dan tidur karena mengkaji ilmu. Sebagian merekamakan sekedarnya tanpa berkeluh kesah di jalan ilmu. Karena semua itu telahtergantikan oleh indah, nikmat dan lezatnya ilmu yang mereka tuntut.

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #1

Salaf dan Kemuliaan Ilmu Serta Ahlinya :

Saudaraku ..kenalkah anda ‘Atho’ bin Abi Rabah?
Seorang imam terkemuka di masa tabi’in. Hidup pada tahun 27 –114/115 H.
Barangkali anda jauh lebih tampan dan lebih sempurna secara fisik dari beliau. Beliau budak berkulit hitam, hidungnya pesek, kakinya pincang dan matanya buta. Di zaman sekarang, barangkali orang banyak enggan melirik orang yang berpenampilan seperti itu apalagi mendekati dan berbicara dengannya.
Tetapi tahukah anda wahai saudaraku?? Kemuliaan apa yangtelah diraihnya? Derjat tinggi seperti apa yang telah dicapainya??

Kamis, 13 Juni 2013

Ciri Orang Yang Benar Benar Bertaubat


Ciri Orang Yang Benar Benar Bertaubat

سئل سفيان بن عيينة - رحمه الله : (( ما علامة التوبة النصوح ؟ فقال : أربعة أشياء : قلة الدنيا ، و ذلة النفس ، و كثرة 
التقرب إلى الله تعالى بالطاعات ، و رؤية القلة والنقص في ذلك))

Suatu ketika Sufyan bin Uyainah mendapatkan pertanyaan, “Apa tanda orang yang benar benar bertaubat?”
Jawaban beliau, “Tandanya ada empat, merasa cukup dengan dunia yang sedikit, merasa hina di hadapan Allah, banyak mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan berbagai amal ketaatan dan menganggap sedikitnya dan kurangngnya ibadah yang telah dia lakukan” [Min Akhlaq Salaf hal 82]

Memilikimu

Saya mencintai sunset, 
menatap kaki langit, ombak berdebum
Tapi saya tidak akan pernah membawa pulang matahari ke rumah, 
Walaupun itu bisa dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Saya menyukai bulan,
entah itu sabit, purnama, tergantung di langit sana
Tapi saya tidak akan memasukkannya dalam ransel,
kalaupun itu mudah dilakukan, tetap tidak akan saya lakukan

Ukhty....Dia Adalah Suami Orang....

Bismillahirrahmanirrahim.


Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh yaa akhowat fillah.

Catatan singkat untuk kita. Ini tetap menjadi nasehat untuk diri pribadi.
Fenomena facebook, ”sekiranya engkau sudah tau bahwa itu adalah suami orang, kenapa pula masih suka berkomunikasi hingga bersenda gurau dengan suami orang”

Ada yang mengatakan bahwa cinta itu buta. Benarkah?  
Ada yang mengatakan bahwa cinta itu anugrah. Benarkah?
Ada pula yang mengatakan bahwa cinta itu dari mata turun ke hati. Benarkah?
Ada juga yang mengatakan bahwa cinta itu rela berkorban, suci, saling menerima kekurang . . . . .bla,,bla,,bla,,

Ketika Cinta Bertepuk Sebelah Tangan



عَنْ عِكْرِمَةَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ زَوْجَ بَرِيرَةَ كَانَ عَبْدًا يُقَالُ لَهُ مُغِيثٌ كَأَنِّى أَنْظُرُ إِلَيْهِ يَطُوفُ خَلْفَهَا يَبْكِى ، وَدُمُوعُهُ تَسِيلُ عَلَى لِحْيَتِهِ ، فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – لِعَبَّاسٍ « يَا عَبَّاسُ أَلاَ تَعْجَبُ مِنْ حُبِّ مُغِيثٍ بَرِيرَةَ ، وَمِنْ بُغْضِ بَرِيرَةَ مُغِيثًا » . فَقَالَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – « لَوْ رَاجَعْتِهِ » . قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ تَأْمُرُنِى قَالَ « إِنَّمَا أَنَا أَشْفَعُ » . قَالَتْ لاَ حَاجَةَ لِى فِيهِ

Dari Ikrimah dari Ibnu Abbas sesungguhnya suami Barirah adalah seorang budak yang bernama Mughits. Aku ingat bagaimana Mughits mengikuti Barirah kemana dia pergi sambil menangis (karen“Wahai Abbas, tidakkah engkau heran betapa besar rasa cinta Mughits kepada Barirah namun betapa besar pula kebencian Barirah kepada Mughits.” Nabi bersabda kepada Barirah, “Andai engkau mau kembali kepada Mughits?!” Barirah mengatakan, “Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahkanku?” Nabi bersabda, “Aku hanya ingin menjadi perantara.” Barirah mengatakan, “Aku sudah tidak lagi membutuhkannya” (HR. Bukhari no. 5283)

Ma'had Al Birr Makassar Menerima Mahasiswa Baru Program Bahasa Arab

MA'HAD AL BIRR 
Universitas Muhammadiyah Makassar
MENERIMA MAHASISWI BARU
Program Bahasa Arab 

MENGAPA PILIH AL BIRR???
* Bahasa Pengantar Berbahasa Arab
* Kurikulum Standar LIPIA
* Pengajar Lulusan Timur Tengah dan LIPIA
* Gedung dan Ruang Belajar Representative
* Laboratorium Bahasa & Perpustakaan
* Tersedia Kelas Pagi dan sore (ikhwan)
* Terdaftar sebagai mahasiswa(i) resmi Universitas Muhammadiyah Makassar sehingga setelah lulus di Ma'had, bisa langsung memilih jurusan di Fakultas Agama Islam UNISMUH Makassar sebagai mahasiswa semester V.
* Tersedia asrama Ikhwan dan Akhwat (terbatas)

Program Belajar Tauhid Jarak Jauh at-Tarbiyah

Silabus Program Belajar Tauhid Jarak Jauh at-Tarbiyah

Berikut ini adalah gambaran silabus pelajaran tauhid yang akan diterapkan dalam kegiatan belajar tauhid jarak jauh Program at-Tarbiyah.

Semester I: 23 Materi
Materi Pengantar
  1. Empat Kewajiban Setiap Insan [sumber: Tsalatsat al-Ushul]
  2. Tiga Ciri Kebahagiaan [sumber: al-Qawa'id al-Arba']
  3. Urgensi Ilmu Sebelum Beramal [sumber: Tsalatsat al-Ushul]
  4. Hakikat Millah Ibrahim [sumber: al-Qawa'id al-Arba']
  5. Hakikat dan Kedudukan Tauhid [sumber: Kitab at-Tauhid]

Kebaikan dan Kemaksiatan Masing-masing Memiliki Anak

Sesungguhnya kemaksiatan yang dilakukan seorang. Jika seorang hamba telah melakukan sebuah kebaikan, maka kebaikan yang berada di dekatnya mengatakan: “Hendaklah engkau mengamalkan aku juga!”. Jika dia telah mengamalkan kebaikan kedua, maka kebaikan ketiga akan mengatakan seperti itu juga , dan begitu seterusnya. Akhirnya kemaksiatan seorang hamba akan melahirkan kemaksiatan-kemaksiatan yang lain, sehingga pelakunya susah dan berat meninggalkannya. Sebagian salaf mengatakan: “Sesungguhnya diantara hukuman keburukan adalah terjadinya keburukan setelahnya, dan sesungguhnya di antara pahala kebaikan adalah kebaikan setelahnya”

Beramal Untuk Akhirat


Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata:

Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berkata, “Kebiasaan para ulama terdahulu adalah menulis nasehat satu sama lain dengan kata-kata semacam ini: Barangsiapa yang memperbaiki hatinya, maka Allah akan memperbaiki kondisi lahiriyahnya. Barangsiapa yang memperbaiki hubungannya dengan Allah, maka Allah akan memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia. Barangsiapa yang beramal untuk akhiratnya, maka Allah akan mencukupkan baginya urusan dunianya.”.”

(lihat Mawa’izh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 33-34)

Rabu, 12 Juni 2013

>>Yang Berwibawa dalam Kelelakian (Syair Anti Galau-galauan)


Bismillaahi walhamdu lahu wa na’udzu bihi minal fitan

Mereka bertanya tentang ikhwan yang hanya berteman dengan ikhwan

Aku katakan ini bukan tentang kebencian kepada wanita yang memang dasarnya rupawan
Kami hanya tak ingin tertekan oleh rayuan syaitan di balik nama-nama menawan

Mereka, para jelita yang rupawan, berduyun-duyun menawarkan pertemanan
Mereka, bidadari dunia maya datang memberi salam, sapa, canda dan puji-pujian

Bukan tak hiraukan, tapi maaf hati ingin berkelindankan suci seutuhnya dalam balutan iman
Kami lelaki ingin berwibawa dalam kelelakian
Dan engkau wanita, berusahalah bersembunyi dalam cangkang iman
Jangan engkau bawa kenistaan atas nama pertemanan

***