Senin, 17 Juni 2013

"Kami Saling Mencintai"

Bismillah. Alhamdulillah hamdan katsiran thoyyiban mubarokan fiihi. Assholatu wassalamu 'ala Rasulillah wa 'ala alihi wa shahbihi wa man wala'.

Sekilas melirik judul tulisan ini, mungkin biasa saja. Memang akan sangat biasa dijumpai dalam berbagai tulisan, terutama novel-novel, roman picisan, dan bahkan ungkapan ini kerap terdengar dari media-media seperti radio maupun TV. Entahkah itu drama percintaan, sinetron-sinetron, dsb. 
Well, sebenarnya tidak ada masalah dengan ungkapannya. Tetapi yang menjadi masalah adalah momen diungkapkannya.

Tidak bisa dipungkiri, bahwa hari ini kita melihat begitu bebasnya interaksi antar manusia di dunia maya disebabkan semakin pesatnya perkembangan teknologi yang tentu saja tidak hanya dikonsumsi oleh kalangan tertentu saja. Tak terkecuali kalangan anak-anak "ngaji". Maksud kami, ikhwan akhawaat yang bahkan sudah bertahun-tahun menuntut ilmu syar'i. Produk-produk teknologi memang selalu menggiurkan, dan memiliki daya tarik yang besar. Karena memang, kita juga sadari betapa butuhnya kita dengan informasi dan pemanfaatan teknologi ini untuk hal-hal yang bermanfaat, entah itu dalam masalah keduniaan, maupun masalah ukhrawi. Sebagai media berdagang, membangun relasi, berdakwah, mencari ilmu, dll. 

Loh, apa hubungannya dengan judul di atas? Baiklah, kita kembali ke topik pembicaraan. Sungguh ini fenomena nyata yang terjadi. Bahwasanya sekarang, ungkapan "Kami saling mencintai" sudah masuk sebagai salah satu di antara daftar alasan seorang ikhwan/akhwat ketika menyampaikan keinginannya untuk menikah kepada ustadz/ah atau orangtuanya. Lalu, ada yang salah???
Yah, mungkin anda akan mengatakan bahwa tidak ada masalah karena itu memang sebagai usaha mereka untuk menyegerakan menikah daripada terus menerus berkubang dalam fitnah lawan jenis (baca: aktifitas pacaran).
Tapi coba telaah kembali, saya tuliskan besar-besar, KAMI SALING MENCINTAI. Apa yang anda pikirkan setelah menelaah kalimat ini?
Kalimat ini mengindikasikan bahwa orang yang mengungkapkannya adalah orang yang telah saling mengenal, saling mengetahui, telah melakukan penjajakan, dan bahkan mungkin telah menjalin "hubungan" sebelumnya sehingga muncullah perasaan saling cinta. Ingat, kata "saling" menunjukkan adanya interaksi dua orang, atau hubungan timbal balik antara keduanya. 
Trus, kenapa????
Sekiranya ini terjadi di kalangan orang-orang yang tidak paham ilmu, mungkin kita akan sedikit bisa memaklumi. Akan tetapi, jika ini telah menjadi ungkapan obralan ikhwan akhwat yang NB sudah melahap kitab-kitab ulama dalam majelis-majelis yang mulia, maka sungguh, ini harus menjadi kekhawatiran kita bersama. 

Sebagaimana yang telah kami paparkan di atas, bahwa ini merupakan output dari kekurang hati-hatian kita dalam menggunakan produk teknologi, yang berefek pada lunturnya muroqobah kita terhadap pengawasan Allah, dan ini menunjukkan bahwa tauhid kita sedang bermasalah. Perlu menjadi muhasabah bagi diri-diri kita agar senantiasa kembali menyadari betapa lemahnya iman kita. 

....sampai di sini lost inspiration, buyar. Lain kali disambung....

# Dipost oleh Ummu Muhammad