Jumat, 21 Juni 2013

SERIAL MENAPAK JEJAK SALAF DALAM MENUNTUT ILMU #5

Amalkan Ilmumu!

Berapa ayat yang sudah kita kaji?
Berapa hadits yang telah kitapelajari?
Sudah kita mengamalkan ilmu yang telah kita raih?

Imam asy-Syafi’I berkata, “Ilmu itu bukan yang apa yang dihapalkan. Ilmu itu adalah yang bermanfaat, antara lain membuahkan ketenangan yang berkesinambungan, charisma, khusyu’, tawadhu’ dan tunduk kepada Allah.”

Imam Malik pernah menasehati Khalifah Harun ar-Rasyid, “Apabila diajarkan kepadamu ilmu, hendaklah tampak pada dirimu ilmunya, ketenangannya, kepribadiannya, kharismanya, serta kesabarannya. Karena Nabi shollallahu 
‘alaihi wa sallama bersabda, ‘Para ulama adalah pewaris para nabi.”[1]


Diriwayatkan juga dari salaf, “Wajib atas seorang yang berilmu untuk tawadhu’ kepada Allah ketika sendiri maupun di hadapan manusia ramai  dan membentengi diri dari hawa nafsu serta berhenti pada perkara-perkara yang meragukan baginya,”[2]

Bagi seorang penuntut ilmu, buahyang ia petik dari ilmunya berupa amal yang tampak dalam kekhusukan, penglihatan, lisan, tangan dan kezuhudannya adalah lebih baik baginya dari pada dunia seisinya.

Mengamalkan ilmu juga merupakan tanda-tanda kebaikan yang Allah Ta’ala inginkan kepada seorang hamba.
Ma’ruf bin Fayruz al-Kurkhy berkata, “Apabila Allah menginginkan kebaikan untuk seorang hamba, Ia bukakan untuknya pintu amal dan ia tutup baginya pintu perdebatan. Dan apabila Allah menginginkan keburukan bagi seorang hamba, Ia bukakan baginya pintu perdebatan dan Ia tutup untuknya pintu amal.”[3]

Jika seseorang menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanya akan semakin membuat dia angkuh dan keji. Waktunya sia-sia dalam letih dan lelah menuntut ilmu namun tidak berfaedah karena tidak diamalkan.

Malik bin Dinar berkata, “Sesungguhnya seorang hamba apabila ia menuntut ilmu untuk amal, maka ilmunya akan membuat dia menjadi seorang yang tawadhu’ dan apabila ia menuntut ilmu untuk selain itu, maka ilmunya akan membuatnya semakin keji dan sombong.”[4]

Dari Abi Abdillah ar Ruzbaary ia berkata, “Barangsiapa yang keluar menuntut ilmu untuk ilmu tidak akan bermanfaat baginya ilmu dan barangsiapa yang keluar menuntut ilmu untuk mengamalkan ilmu, akan bermanfaat baginya ilmu walaupun sedikit.”[5]

Salah seorang ulama salaf menasehati muridnya apabila ia dianugerahi ilmu janganlah keinginannya hanyaingin menyampaikan, tetapi  sebelum itu hendaklah ia wujudkan dalam ibadahnya kepada Allah.
Ayyub as-Sikhtiyaany berkata, “Abu Qilaabah berkata kepadaku, ‘Apabila Allah menganugerahkan kepadamu ilmu, maka tampakkanlah dalam ibadahmu, janganlah hasrat terbesarmu ingin menyampaikannya.”[6]

Manfaat lain dari mengamalkan ilmu yaitu meneguhkan ilmu. Dengan beramal sama artinya kita mengulang-ulang ilmu yang telah di dapat sehingga kian melekat dan kokoh.

Asy-Sya’by berkata, “Adalah kami membantu hapalan hadits kami dengan mengamalkannya.”[7]
“Ilmu berbisik kepada amal, jika amal menjawabnya dia akan bersamanya jika tidak dia pun pergi,” Kata SufyanAts-Tsaury.[8]

Kita akhiri pembahasan masalah ini dengan wasiat Imam al-Khotib al-Baghdady untuk kita semua para penuntut ilmu, “Sesungguhnya aku berwasiat kepadamu wahai penuntut ilmu agar mengikhlaskan niat dalam menuntut ilmu, dan berusaha keras dalam menuntun diri mengamalkannya, sesungguhnya ilmu itu laksana pohon dan amal adalah buahnya. Tidaklah dianggap berilmu (‘alim) seorang yang tidak mengamalkan ilmunya. Pepatah mengatakan, ‘Ilmu adalah orangtua dan amal adalah anaknya’. Jangan engkau merasa puas dengan amalmu jika engkau jauh dari ilmu dan jangan merasa berilmu jika engkau tidak mengamalkannya. Akan tetapi satukanlah antara keduanya[9] sekalipun sedikit yang miliki dari keduanya.”[10]

Beliau juga berpesan, “Seyogyanya penuntut ilmu hadits berbeda dalam galib urusan dan keadaannya dari perilaku orang awam dengan mengamalkan sunnah-sunnah Rasul shollallahu ‘alaihi wasallama semaksimal mungkin, dan menerapkan sunnah pada dirinya, sesungguhnya Allah Ta’ala berfirman (artinya), “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah." (al-Ahzab : 21)

Tanda Ilmu yang Bermanfaat :
  • Beramal dengan ilmu.
  • Tidak suka dipuji danmenyombongkan diri kepada makhluk.
  • Semakin tawadhu’ setiap kalibertambah ilmunya.
  • Lari dari cinta kedudukandan ketenaran.
  • Menjauh dari sifat mengakuberilmu.
  • Berburuk sangka kepada dirisendiri dan berbaik sangka kepada manusia dan menjaga diri dari mencela danmenghibah mereka.[11]


[1]Dikeluarkan oleh Abu Dawud (3641), at-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223). IbnuHajar berkata, (Fathul Bari 1/192), “Isnadnya Mudh-thorib (goncang) namun iamemiliki syawahid yang menguatkannya.”
[2]Tadzkirotus Sami’ wal Mutakallim oleh Ibnu Jama’ah (71) dengan diringkas.
[3]Iqthido-ul ilmi al-‘amal oleh al-Khotiib al-Baghdady (79).
[4] Idem(32)
[5] Idem(31).
[6]Jami’ Bayanil ‘Ilmi oleh Ibnu AbdilBarr (1/709).
[7]idem
[8] Idem(1/707)
[9] Yaituilmu dan amal.
[10] Iqtidho-ul‘Ilmi al-‘Amal (14).
[11]Hilyatu Tholibil Ilmi oleh Bakr Abu Zaid (51).