Bismillah. Segala puji hanya milik
Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah
Shallallahu'alayhi wasallam, shahabat, shahabiyah, tabi'in,
tabi'uttabi'in serta orang2 yang senantiasa iltizam di jalan ad dienul
Islam ini hingga qadar Allah berlaku atas diri2 hambaNya.
Setiap manusia diciptakan oleh
Allah dengan kelebihan serta kekurangan yang melekat pada diri mereka
masing-masing. Tak terkecuali orang-orang yang Allah anugrahi nikmat
terindah berupa hidayah Islam dan Iman serta nikmat pemilihan menjadi
pengusung dakwah ilallah. Mereka adalah orang-orang yang dengan segenap
kemampuan dan mujahadah berusaha meninggikan kalimat Allah lewat ajakan
mereka kepada kebenaran. Namun, saat ini...sangat miris juga, karena
telah banyak yang idealismenya tergerus lantaran kejahilan, kedho'ifan,
dan iman yang senantiasa diuji oleh terpaan godaan syahwat yang tidak
mampu dikendalikan. Tapi jangan menjadikan itu dalih untuk mudur dari
garis depan medan perjuangan dakwah.
Beberapa fenomena yang
belakangan muncul dan sangat meresahkan serta perlu menjadi kekhawatiran
setiap kita, adalah fenomena yang terjadi di jejaring sosial. Interaksi
dalam ruang tak terbatas bernama dunia maya kerap menjadi ajang untuk
saling berkenalan, menyapa, bertukar pikiran, bahkan mengajak kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran. Namun, apa jadinya jika ruang
tersebut telah mengaburkan sendi-sendi hijab dan pilar2 keimanan dalam
diri orang-orang yang melabeli dirinya sebagai penyeru kebenaran? akhiy
wa ukhtiy, apa jadinya jika pesona bernama muru'ah yang dahulunya
menjadi barang mewah dan senantiasa engkau jaga menjadi barang murahan
yang tak ada bedanya dengan milik orang2 awwam yang tak kenal majelis
ilmu?
Aduhai, sekiranya saya tidak
takut tulisan ini menjadi sangat panjang, maka saya akan mengurai satu
per satu pengalaman2 yang dialami para muslimah ngaji di dunia maya.
Sungguh sangat memiriskan hati. Penulis secara pribadi sebagai seorang
muslimah sangat menyesalkan hal tersebut. Ada yang sampai melegalkan
sebuah aktifitas komunikasi intens atas nama ta'aruf/penjajakan. Tak
ayal pula para ikhwan yang sulukiyahnya bercelana cingkrang dengan
jenggot bertengger di dagu mengumbar janji2 kepada akhawaat yang memang
sedang diuji dengan penantiannya terhadap seorang pangeran yang akan
menjadi imam dalam menjalani kehidupannya. Namun pada akhirnya, bunga
pun me-layu, tangkainya tak lagi bisa tegak kala mendengar sang kumbang
menyunting bunga yang lain. Perasaan ini tentu saja manusiawi sekalipun
mereka adalah para akhawaat yang sudah bertahun-tahun duduk di majelis
para ustadz(ah). Namun, tentu saja kita tidak ingin hal seperti ini
terjadi kepada siapa pun, saudara dan saudari kita. Karenanya, sangat
perlu bagi kita semua untuk kembali duduk merenungkan kemana ilmu yang
selama ini kita dengar, catat, dan kita hafalkan. Seharusnya kita
menjadi khawatir atas tidak bermanfaatnya ilmu tersebut kecuali hanya
menjadi penghias catatan-catatan kita.
Wahai akhiy wa ukhtifillah...
Kemana
muraqabatullah kita? Kemana rasa khauf kita kepada Dzat yang kita tahu
Dia Maha Melihat dan tidak pernah tidur dalam mengawasi hamba-hambaNya?
Kemana aplikasi keimanan kita tentang keberadaan malaikat yang
senantiasa menyertai dan mencatat seluruh amalan dalam detik dan helaan
nafas kita?
Telah berapa tahun
kita mengenal dunia maya dan berinteraksi lepas dengan orang-orang yang
belum berhak untuk kita?berapa banyak paragraf, baris kalimat, deretan
huruf yang telah kita kirimkan kepada mereka?berpara banyak canda, tawa,
yang menghiasi tingkah dan polah kita kala bercengkrama lewat telepon?
berapa banyak pulsa yang kita habiskan untuk sekedar chating, mengirim
sms, atau menelpon tanpa udzur yang syar'i?wallohu a'lam wal musta'an.
Kita mungkin tak bisa menghitung semuanya. Akan tetapi sebesar biji
zarrah pun tak akan luput dari pengadilan Allah. Bagaimana kita akan
mempertanggungjawabkan semuanya?belum lagi ilmu yang belum kita
amalkan?belum lagi hal-hal yang sudah kita dakwahkan namun kita sendiri
mengingkarinya. Adakah hari esok kita akan terus seperti ini? Sedang
kita tidak tahu apakah nafas ini masih bisa kita hembuskan.
Karenanya, mari obati hati kita.
Dekatkan diri dengan al Qur'an, sibukkan lisan dengan dzikir, karena
itu semua adalah obat untuk meredam gejolak syahwat. Mari kita tundukkan
pandangan, dan lihatlah bagaimana teman-teman kita lainnya para
penuntut ilmu tetap bersemangat dalam beramal, sedang waktu-waktu mereka
tidak terbuang percuma di depan layar dunia maya. Atau sibukkan diri
untuk hal-hal yang bermanfaat untuk dunia kita. Kita tak selamanya
hidup, kita akan menuju sebuah alam keabadian dengan melewati pintu
bernama Al Maut. Itu adalah sebuah kepastian yang tak bisa ditawar lagi.
Ia adalah pemutus segala kelezatan dunia yang melenakan. Sungguh, ia
adalah nasihat terbaik sepanjang kehidupan kita, nasihat yang akan
memaksa kita untuk tegak bejalan di atas jalan yang lurus.
Semoga Allah menjadikan sisa
waktu kita sebagai waktu-waktu yang berberkah. Semoga Allah berkenan
mengampuni dan menutup aib-aib kita, serta mengakhirkan kehidupan kita
dalam husnul khaatimah. Aamiin yaa Robbal 'aalamiin.
-Al Faaqirah ilallah-
dalam bilik kecilku
dalam bilik kecilku
#Edisi nyalin tulisan lama 15 Januari 2012