Siapakah yang kami maksud dalam judul di atas sebagai "Manusia Langit"? Mereka adalah yang terkenal di kalangan penghuni langit sebagai ahli ibadah, mukhlishin, dan ahli taqwa. Meskipun di dunia, dia adalah manusia yang dipicingkan mata ketika memandangnya, manusia dengan pakaian tertambal, dan manusia yang lisan manusia lain tidak lepas dari mencelanya disebabkan keterasingannya.
Mereka-lah yang gemar menyembunyikan amalan mereka, berpura-pura terkena flu ketika orang lain melihatnya menangisi dosa-dosanya, dan marah kepada manusia yang menyebut-nyebut amalan kebaikannya.
Sufyan bin Uyainah berkata: Abu Hazim rahimahullah berkata, “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu lebih daripada kesungguhanmu dalam menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231).
al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah berkata, “Ilmu dan amal terbaik adalah yang tersembunyi dari pandangan manusia.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 231).
Dari Yazid bin Abdullah bin asy-Syikhkhir, dia menceritakan bahwa ada
seorang lelaki yang bertanya kepada Tamim ad-Dari, “Bagaimana sholat
malammu?”. Maka beliau pun marah sekali, beliau berkata, “Demi Allah,
sungguh satu raka’at yang aku kerjakan di tengah malam dalam keadaan
rahasia itu lebih aku sukai daripada aku sholat semalam suntuk kemudian
hal itu aku ceritakan kepada orang-orang.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 234)
Ibrahim at-Taimi rahimahullah
berkata, “Orang yang ikhlas adalah yang berusaha menyembunyikan
kebaikan-kebaikannya sebagaimana dia suka menyembunyikan
kejelekan-kejelakannya.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 252)
Muhammad bin Wasi’ rahimahullah berkata,
“Sungguh aku telah bertemu dengan orang-orang, yang mana seorang lelaki
di antara mereka kepalanya berada satu bantal dengan kepala istrinya
dan basahlah apa yang berada di bawah pipinya karena tangisannya akan
tetapi istrinya tidak menyadari hal itu. Dan sungguh aku telah bertemu
dengan orang-orang yang salah seorang di antara mereka berdiri di shaf
[sholat] hingga air matanya mengaliri pipinya sedangkan orang di
sampingnya tidak mengetahui hal itu.” (lihat Ta’thirul Anfas, hal. 249)
Sumber: http://abumushlih.com/ dengan beberapa penambahan redaksi kalimat