Diantara sebab-sebab yang bisa meneguhkan hati dalam menuntut ilmu syar‘i yaitu:
- Mengikhlaskan Niat
Sesungguhnya menuntut ilmu agama termasuk ibadah karena hal ini merupakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah ta‘ala dan nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesuatu yang terdapat perintah di dalam Al-Qur‘an dan sunnah rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melakukannya merupakan ibadah. Adapun ibadah harus dikerjakan dengan ikhlas. Imam Ahmad rahimahullah pernah ditanya tentang bagaimanakah niat yang benar dalam menuntut ilmu. Beliau rahimahullah menjawab, “Ia berniat untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya.”Ikhlas dalam menuntut ilmu adalah menjadikan tujuan dari menuntut ilmu tersebut untuk mencari wajah Allah ta‘ala, bukan untuk mencari berbagai macam tujuan dunia. Di samping itu, dia niatkan dalam menuntut ilmu untuk menghilangkan kebodohan pada dirinya. - Bertahap
Yaitu belajar sedikit demi sedikit dimulai dari perkara yang ringan. Begitulah seharusnya seorang penuntut ilmu. Hendaknya ia belajar dari yang ringan terlebih dahulu, baru kemudian meningkat secara bertahap. Karena seseorang yang baru saja belajar bisa jadi dia akan mendapati rasa bosan atau mudah putus asa, ketika langsung berhadapan dengan hal-hal yang rumit.Para ulama terdahulu tidaklah memulai belajar hadits langsung dari kitab Fathul Bari Syarah Shahih Bukhari, akan tetapi mereka mengawalinya dari yang ringan seperti Hadits Arba‘in an-Nawawi. Sudah sepantasnya kita mengambil contoh dari metode para ulama terdahulu yang mereka tempuh dalam menuntut ilmu syar‘i. - Waktu Khusus
Hendaknya seorang penuntut ilmu mempunyai waktu-waktu khusus untuk belajar, muraja‘ah (mengulang pelajaran), atau pun menelaah. Sebaiknya waktu yang digunakan untuk belajar adalah waktu-waktu semangat, bukan justru menggunakan waktu-waktu ‘mati’ yaitu ketika semangat sudah tidak ada lagi, ketika energi yang ada hanyalah sisa-sisa dari kesibukannya terhadap dunia. Belajar di waktu semangat –dengan izin Allah ta‘ala- akan membuat ilmu lebih meresap di dalam hati dibandingkan dengan belajar di waktu-waktu mati.
Itulah hal-hal yang dapat membuat seseorang bisa istiqamah
(konsisten) dalam menuntut ilmu. Dari ketiga hal di atas yang paling
penting adalah keikhlasan niat, karena keikhlasan merupakan hal pokok.
Keikhlasan mampu meneguhkan seseorang ketika rintangan yang dihadapinya
sangatlah besar. Berbeda dengan orang yang tidak ikhlas, bisa jadi ujian
kecil menjadi terasa sangat besar baginya hingga menjadikan hilangnya
keteguhan dalam menuntut ilmu.
Keutamaan Duduk Secara Langsung di Majelis Ilmu
Saudariku … sungguh telah kita ketahui bersama bahwa di masa sekarang
ini, begitu banyak sarana yang memudahkan kita untuk terus menuntut
ilmu meski tidak harus hadir ke majelis ilmu. Kaset-kaset rekaman kajian
banyak, atau bahkan diantara sarana yang sangat mempermudah orang untuk
belajar adalah internet.
Ya, banyak sekali materi-materi agama yang bisa dengan mudah
didapatkan dari internet, bahkan sekarang ini banyak sekali kajian yang
bisa didengarkan secara online. Alhamdulillah bahwa sekarang
sudah banyak situs-situs Islam baik berisi artikel maupun situs-situs
radio yang terpercaya. Akan tetapi, apakah semua itu cukup, wahai
Saudariku? Apakah cukup kita hanya belajar ilmu dari kaset-kaset atau
dari internet tanpa datang ke majelis ilmu? Syaikh ‘Abdul Aziz bin
Muhammad as-Sadhan menyebutkan dalam kitabnya,
“Sungguh merupakan nikmat yang telah Allah berikan kepada kita dengan
banyaknya sarana yang memudahkan kita dalam menuntut ilmu berupa
kitab-kitab dan kaset-kaset rekaman. Akan tetapi semua ini tidaklah
menyebabkan seseorang tidak butuh untuk menghadiri majelis ilmu, karena
sesungguhnya di dalam majelis ilmu terdapat keutamaan berupa pahala bagi
orang yang menghadirinya.
Jika engkau menghadiri majelis ilmu maka engkau sedang melakukan
sebuah ibadah dan para malaikat pun akan bershalawat kepadamu. Selain
itu, dengan menghadiri majelis ilmu konsentrasi akan lebih tinggi
dibandingkan hanya mendengarkan kaset rekaman. Dan engkau pun juga tahu
bahwa melihat langsung akan lebih mengena daripada hanya sekedar
mendengar.
Sebagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda
(artinya), ‘Tidaklah sama antara orang yang mendengar berita
dibandingkan dengan orang yang melihat sendiri.’ (HR. Ahmad, al-Hakim
dan selain keduanya.)” (Ma’aalim fii Thariq Thalabul ‘Ilmi).
Dengan demikian, menghadiri majelis ilmu, berdekatan dengan para
ulama, mengambil faidah langsung dari mereka, merupakan perkara yang
sangat berbeda dengan sekedar mendengarkan melalui kaset-kaset rekaman
atau pun yang semacamnya. Karena orang yang mendatangi majelis ilmu akan
mendapatkan faidah tambahan berupa pahala, pikiran dapat lebih fokus
untuk mendengarkan kajian, dan melihat guru secara langsung akan lebih
mengena daripada hanya sekedar mendengarkan rekaman-rekaman atau bahkan
hanya sekedar membaca di internet.
Adab-adab Penuntut Ilmu
Saudariku … sesungguhnya seorang penuntut ilmu sangatlah butuh untuk
berakhlak dengan adab-adab yang ada. Seorang penuntut ilmu sangatlah
butuh untuk meneladani generasi salaf di dalam memperoleh ilmu
dan dalam hal adab menuntut ilmu sehingga mereka bisa berhasil
memperoleh ilmu dengan hasil yang sangat baik.
Diantara beberapa perkara yang sudah sepatutnya untuk diperhatikan oleh setiap penuntut ilmu antara lain adalah:
- Niat yang Ikhlas
Ketika kita pergi ke majelis ilmu, ketika kita duduk maupun ketika pulang dari majelis ilmu, maka sudah sepantasnya semua itu kita niatkan dalam hati kita hanya karena mengharapkan wajah Allah ta‘ala tanpa disertai riya‘ maupun sum‘ah.Sungguh seringkali meluruskan niat yang ada di dalam hati memang terasa sulit. Oleh karena itu, maka sepantasnya kita selalu memohon diri kepada Allah ta‘ala agar memberikan rizki kepada kita berupa niat yang ikhlas dalam setiap amalan kita. - Bersemangat menghadiri majelis ilmu
Sepantasnya seorang penuntut ilmu selalu bersemangat menghadiri majelis ilmu tanpa rasa malas maupun bosan. Karena setiap kali semangat seseorang dalam menuntut ilmu bertambah dan disertai niat yang benar maka Allah akan membukakan baginya pintu pertolongan baginya sehingga akan mudahlah segala urusannya. - Bersemangat untuk bersegera menghadiri majelis ilmu dan tidak terlambat
Dengan bersegera menghadiri majelis maka seseorang tidak akan ketinggalan materi yang diberikan oleh seorang guru. Di sisi lain, ketika seseorang bersegara hadir maka dia akan mendapatkan posisi yang lebih dekat dengan guru, dengan posisi yang lebih dekat dengan guru tentunya dia akan lebih banyak diam dan mendengarkan serta lebih banyak faidah yang bisa didapatkan. - Melengkapi faidah-faidah ilmu yang hilang
Seandainya suatu waktu seorang penuntut ilmu berhalangan untuk menghadiri majelis, maka hendaknya ia bersemangat untuk melengapi faidah yang hilang. Bisa jadi ia melengkapi dengan cara meminjam catatan teman atau bahkan, yang memudahkan di zaman sekarang ini adalah bisa dengan mendengarkan kaset rekaman.Oleh karena itu bersungguh-sungguhlah untuk mencari faidah-faidah yang hilang. Sesungguhnya ilmu bagaikan sebuah rantai yang saling berhubungan. Jika engkau kehilangan satu faidah saja bisa jadi itu berpengaruh pada pemahamanmu terhadap ilmu tersebut. - Mencatat setiap faidah yang didapat
Diam ketika di dalam majelis dan tidak menyibukkan diri dengan perkara lain - Menghadiri majelis-mejelis ilmu yang mampu dia hadiri
Terkadang masih banyak diantara kita yang selalu beralasan tidak menghadiri majelis ilmu karena kesibukan kuliah, kesibukan berorganisasi di kampus atau kesibukan-kesibukan yang lain. Atau juga karena rasa malas yang memang masih sulit untuk dihilangkan.Akan tetapi, Saudariku … sungguh seandainya engkau telah merasakan bagaimana lezatnya duduk di majelis ilmu, bagaimana nikmatnya duduk di sana, sungguh semua rasa malas itu akan hilang begitu saja. Maka jangan sampai suatu saat nanti kita menyesal karena tidak memanfaatkan waktu kita sebaik-baiknya untuk terus menuntut ilmu agama yang haq ini. Maka jangan sampai menyesal, wahai Saudariku …. - Tidak mudah berputus asa
Seringkali diantara kita merasa putus asa ketika telah lama menghadiri majelis ilmu. Telah banyak majelis ilmu yang dihadiri namun tidak banyak ilmu yang didapat. Jika engkau dihadapkan dalam hal ini maka jangan pernah bosan dan berputus asa, wahai Saudariku .… Sesungguhnya Allah ta‘ala telah memberikan kepada setiap manusia akal dan kecerdasan. Kecerdasan ini akan terus bertambah –dengan izin Allah- jika disertai dengan banyaknya latihan. - Tidak memotong penjelasan guru
Tidak sepantasnya seorang penuntut ilmu memotong penjelasan guru, akan tetapi seharusnya dia menanti hingga sang guru menyelesaikan penjelasannya. - Penuh adab ketika bertanya
Tidak patut seorang penuntut ilmu bertanya kepada gurunya dengan tujuan untuk menguji guru, atau untuk membuat gurunya tidak bisa berkata, atau bahkan untuk memperlihatkan kepada penuntut ilmu yang lain bahwa dirinya telah mengetahui perkara yang ditanyakan. Karena semua ini adalah sejelek-jelek adab kepada seorang guru. - Mencontoh kebaikan akhlak guru
Saudariku … inilah sedikit pembahasan mengenai bagaimana cara
memperoleh faidah ilmu dan bagaimana adab-adab yang memang seharusnya
diperhatikan oleh seorang penuntut ilmu. Semoga yang sedikit ini bisa
bermanfaat untukku dan untukmu.
Semoga Allah ta‘ala senantiasa memberikan pertolongan kepada kita untuk tetap istiqamah dalam menuntut ilmu yang bermanfaat, mengamalkannya, dan mengajarkannya.
Alhamdulillaahilladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihaat.
***
Artikel bulletin zuhairah
Penulis: Ummu Zaid Wakhidatul Latifah
Murajaah: Ustadz Adika Minaoki
Penulis: Ummu Zaid Wakhidatul Latifah
Murajaah: Ustadz Adika Minaoki
Referensi:
- Syarah Adab dan Manfaat Menuntut Ilmu [terj. Syarh Hilyah Thalibil ‘Ilmi], Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, Pustaka Imam Syafi’i.
- Ma’aalim fii Thaariq Tholabil ‘Ilmi, Syaikh Abdul Aziz bin Muhammad As Sadhan, Darul ‘Ashimah.
- Manhajiyyah fii Tholabil ‘Ilmi, Syaikh Shalih Alu Syaikh, Maktabah Syaikh Shalih Alu Syaikh (www.islamspirit.com).
repost dari muslimah.or.id