Minggu, 29 April 2012

Belajar dari Aan

Bismillah...
إن الحمد لله تعالى نحمده  ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن نبينا محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم، أما بعد؛
 فأن أصدق الحديث كتاب الله تعالى وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وآله وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار، وبعد
Dalam tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk berkenalan dengan seorang "tokoh" yang  cukup dekat dengan keseharianku. I'll introduce him to you.
Siapakah dia? Nama lengkapnya adalah Muhammad Arham, kami sering panggil dia dengan dengan nama "Aan", sedangkan Ummi dan Babahnya sering memanggilnya "Baby". Usianya tahun ini genap 7 tahun dan sekarang dia duduk di bangku kelas 1 SD Islam Terpadu Unggulan Wihdatul Ummah.
Putra Malaysia ini adalah tetangga saya di sebuah tempat kost petakan. Sudah hampir 2 tahun kami tetanggaan. Dia tinggal bersama umminya yang masih kuliah di salah satu perguruan tinggi perbankan di Makassar, juga bersama tantenya yang sering dipanggilnya "aunt" [baca:anty (tante)]. Sedang Babahnya tinggal di Malaysia karena bekerja di sebuah perusahan swasta yang terkenal di sana. Itu sekilas perkenalan tentangnya. Dan sekarang saya akan menjelaskan hal yang lain dari diri bocah tersebut.
Ada apa dengan Aan?
Hehe...seperti judul film remaja yang populer di 10 tahun silam. Sekarang saya akan menjelaskan, kenapa saya menulis tentang Aan dan apa keistimewaannya.
Secara umum, dia sama dengan anak-anak seusianya, sangat senang bermain dan enerjik. Tapi ada beberapa hal spesial tentangnya yang mungkin tidak semua anak memilikinya. 
Pertama, bahwa dia adalah anak yang memiliki kecercasan linguistik[1] yang baik. Dia sangat mampu beradaptasi dalam hal berbahasa dan bahasanya pun sangat efektif. Bahkan jika kami salah dalam menyebutkan atau menuliskan sesuatu, otaknya sangat cepat merespon dan memberi perintah kepada lisannya untuk melontarkan protes. Kami juga sering kewalahan dengan serentetan pertanyaan tak berujung, kadang pula dikagetkan dengan pernyataan yang tak terduga keluar dari lisannya. Misalnya, kalo dia mendapati salah seorang di kost sedang haid sehingga tidak sholat, dia langsung bilang "Enaknya orang kalo haid, ndak sholat". Kami-kami yang mendengarnya hanya bisa saling memandang dan senyum kecut. Atau jika dia bertanya tentang Allah dengan pertanyaan yang tak berujung. Kalo kami jawab, "yang seperti itu tidak boleh ditanyakan", maka akan datang pertanyaan "kenapa?", akhirnya kami hanya bisa bilang, "Nanti juga kalo Aan sudah besar, Aan bisa mengerti".
Kedua, sikap disiplin.Tau tidak, Aan itu tiap hari kegiatannya terjadwal. Pulang sekolah, dia ada jadwal nonton, tidur siang, dan sore hari dia baru boleh main di luar. Itupun bersyarat. Kalau dia tidur siang, baru boleh main, kalau tidak, maka tidak ada jadwal main di luar. Begitu juga malam hari, dia baru boleh nonton, kalau siangnya dia tidur. Jika tidak, maka tidak ada jadwal nonton. Untuk semua kesepakatan yang dibuat bersama umminya, dia selalu taat. Bahkan walaupun umminya tidak di rumah dan kami memberi izin untuk main di luar, dia akan mengatakan, "Aan tidak tidur siang, jadi tidak boleh keluar". Kadang di sore hari, teman-temannya akan  memanggil-manggil dari luar, tapi dia akan bilang ke teman-temannya bahwa dia tidak dapat izin keluar.
Ketiga, cepat dan mutqin dalam menghafal. Dalam hal hafalan, saya mengacunginya dua jempol. Bukan hanya karena banyaknya hafalan yang dia miliki, tapi karena semangatnya menambah hafalan sama dengan semangatnya muroja'ah hafalan. Dia menghafal dari belakang. Sekarang hafalannya sudah di QS. Al Buruuj. Sedikit lagi, juz 30 selesai. Bukan hanya itu, dia menghafal nomor ayat yang dia baca. Dan ketika  kami menyebutkan sebuah kata dalam bahasa Arab, dan dia merasa pernah mendengar atau menghafalkannya, maka dengan cepat dia melacak memorinya dan menebak di Surat apa kata itu berada. Wajar saja, itu karena setiap hari, dia sangat sering memuroja'ah hafalannya. Malamnya menambah hafalan, paginya dimuroja'ah bahkan ketika berjalan menuju sekolah atau sedang bermain di rumah. Menurutku itu adalah sesuatu yang plus dari anak seusianya. Dan yang lucu, setiap dia mendengar cerita dari orang-orang di sekitarnya tentang anak yang memiliki hafalan yang banyak, dia akan menyimak. Begitu bertemu dengan anak yang dimaksud, atau orangtua dari anak tersebut, lisannya akan terus bertanya, hafalan anaknya sudah berapa juz, umurnya sudah berapa, dsb. Itu tentu saja karena ghirohnya dalam berlomba-lomba dalam kebaikan. Dia menjadikan itu sebagai motivasi untuk bisa lebih unggul.
Keempat, prestasi. Kalo soal yang ini tidak perlu ditanya lagi, dia selalu mendapat nilai-nilai yang terbaik di sekolah. Termasuk ketika ujian mid dan akhir semester. Sampai-sampai orangtua siswa yang lain bertanya kepada umminya tentang resep mendidik anak. Selain itu, dia anak yang hemat, senang menabung dan tidak terlalu senang jajan, kecuali untuk membeli mainan.
Kelima, sholat. Dalam masalah ini, para ikhwan harus menjadikannya contoh. Belakangan, alhamdulillah saya pribadi melihatnya sangat rajin ke masjid setiap masuk waktu shalat. Baik bersendirian, atau bersama ustadz tetangga atau om-nya yang juga seorang ikhwan ngaji. Yang perlu distressing adalah bahwa Aan ini tidak menjadikan hujan sebagai alasan yang berarti untuk menghalanginya mendatangi masjid. Jika turun hujan (yang tidak deras), dia menuju mesjid dengan membawa payung kecil berwarna biru, miliknya. Hmmm...untuk anak seusianya, ini jarang terjadi. Saat saya mengetik tulisan ini saja, dia sudah lewat di depan kamar dengan menggunakan baju kokonya menuju masjid untuk shalat Ashar.

Sebenarnya, masih banyak hal tentangnya yang memberi pelajaran bagi kita. Tapi, cukup sekian dulu yang bisa saya paparkan. Intinya, sebagai orangtua, maupun calon orangtua, mengetahui cara mendidik anak itu adalah sesuatu yang wajib kita ketahui. Karena mentalitas dari anak-anak kita kelak juga tergantung dari cara kita mendidiknya. Semoga Allah menganugerahkan anak yang shalih shalihah yang kelak akan berguna untuk Dien yang mulia ini, dan tentu saja berguna untuk orangtuanya secara khusus. Aamiin



Footnote:
[1]Kecerdasan linguistik adalah kemampuan menggunakan kata-kata secara efektif (Armstron. Ini merupakan kelebihan orang yang memiliki kecerdasan linguistic-verbal. Mereka sangat terampil bermain kata-kata. Orang-orang yang memiliki kecerdasan ini memiliki kemampuan untuk menyusun pikirannya dengan jelas. Mereka juga mampu mengungkapkan pikiran dalam bentuk kata-kata seperti berbicara, menulis, dan membaca. Orang dengan kecerdasan verbal ini sangat cakap dalam berbahasa, menceriterakan kisah, berdebat, berdiskusi, melakukan penafsiran, menyampaikan laporan dan berbagai aktivitas lain yang terkait dengan berbicara dan menulis. g, 2005) atau hal-hal yang berhubungan dengan kepekaan pada makna dan susunan kata (Hoerr, 2007)