Senin, 19 Maret 2012

Wahai para pemegang ilmu, AMALKANLAH ILMUMU!

’Aliy Rådhiyallåhu ‘anhu menasehatkan kepada kita (para penuntut ilmu):
Wahai para pemegang ilmu, hendaklah kalian mengamalkannya (yakni mengamalkan ilmu yang telah kalian ketahui), karena seorang ‘alim adalah (orang) yang mengamalkan apa yang ia ketahui, yang ilmunya cocok dengan amalannya…
Akan ada beberapa kaum, yang mereka membawa ilmu, akan tetapi ilmu mereka tidak melewati kerongkongan mereka. amal dan ilmu mereka tidak sesuai, batin dan lahir mereka tidak sesuai.
Mereka duduk-duduk bermajlis dalam sebuah kelompok dan sebagian mereka membanggakan sebagian yang lain, hingga seorang laki-laki marah kepada teman duduknya, sehingga jika duduk akan berpindah ke tempat lain, sehingga yang lain meninggalkannya. Mereka itulah yang amal mereka tidak diangkat kepada Allah”.
(Atsar Riwayat ad-Darimiy)

Benarlah apa kata beliau -rådhiyallåhu ‘anhu-, marilah kita simak hadits berikut:
Telah menceritakan kepada kami [Nashr bin Ashim Al Anthaki] berkata, telah menceritakan kepada kami [Al Walid] dan [Mubasysyir] -maksudnya Mubassyir bin Isma’il Al Halabi- dari [Abu Amru]. Ia (Al Walid) berkata; telah menceritakan kepada kami [Abu Amru] berkata; telah menceritakan kepadaku [Qatadah] dari [Abu Sa'id Al Khudri] dan [Anas bin Malik] dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda:
سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي اخْتِلَافٌ وَفُرْقَةٌ قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ
“Akan terjadi perbedaan dan perpecahan di antara umatku, sebagian kelompok pandai dalam berbicara, namun menyimpang amalannya..
يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ لَا يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ
Mereka membaca Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan1. Mereka keluar dari agama sebagaimana anak panah lepas dari busurnya, dan mereka tidak akan kembali lagi hingga anak panah kembali ke busurnya.
هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ
Mereka adalah seburuk-buruk manusia. Maka beruntunglah orang yang membunuhnya dan orang yang mereka bunuh.
يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِي شَيْءٍ
Mereka mengajak kepada Al-Qur’an, tetapi mereka sendiri tidak termasuk darinya2 sedikitpun.”
مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا سِيمَاهُمْ
Siapa memerangi mereka, maka yang demikian lebih mulia di sisi Allah.”
(HR. Bukhåriy)
Semoga bermanfa’at
Catatan Kaki
  1. Maksudnya, bacaan qur-an mereka TIDAK BERFAIDAH sedikitpun atas mereka. mereka membaca qur-aan TANPA ILMU, TANPA PEMAHAMAN dan TANPA TADABBUR. sehingga bacaan qur-an mereka tidak menghasilkan amalan shålih, bahkan bacaan qur-an mereka tidak melewati kerongkongan mereka, yakni tidak sampai ke hati mereka. akibat kebodohan mereka, ketidakpahaman mereka, dan tidak ada tadabbur ketika mereka membacanya. bahkan dalam riwayat lain disebutkan:
    يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ يَحْسِبُونَ أَنَّهُ لَهُمْ وَهُوَ عَلَيْهِمْ
    “Mereka membaca Al Qur`an dan mereka menyangka bahwa Al Qur`an itu adalah (hujjah) bagi mereka, (namun ternyata) Al Qur`an itu adalah (bencana) atas mereka.”
    Dalam hadits lain Råsulullåh bersabda:
    وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ
    “dan al-Qur’an adalah hujjah untukmu atau hujjah atasmu.”
    (HR. Muslim)
    Dijelaskan maksudnya oleh asy-Syaikh Ibnu Shålih al-’Utsaimin råhimahullåh:
    Al-Qur’an akan membelamu jika kamu beramal dengannya. Dan dia akan berubah menjadi musuhmu apabila kamu tidak mengamalkannya…”
    (Kitabul ‘Ilmi, hal. 32)
  2. Maksudnya, mereka tidak termasuk ahlul qur-aan, karena kebodohan mereka pada qur’an itu sendiri. Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,
    “Oleh karena itu, Ahli Qur-an adalah orang-orang yang memahaminya, dan mengamalkan apa yang ada di dalamnya sekalipun mereka tidak menghapalnya di luar kepala. Adapun orang yang hapal tapi tidak memahaminya dan tidak mengamalkan isinya, maka ia tidak termasuk Ahli Qur’an, sekalipun ia menegakkan hurufnya seperti meluruskan anak panah .. adapun sebatas membaca tanpa pemahaman dan tadabbur, itu dilakukan oleh orang yang baik, yang fajir, yang mukmin maupun orang munafik”.
    (Kitab, Adh-Dhow-ul Munir ‘ala At Tafsir : 1/13, 14)
    Allåhu akbar, bukankah orang-orang seperti ini telah menyerupai WATAK YAHUDI yang disebutkan Allåh dalam firmanNya:
    مَثَلُ الَّذِينَ حُمِّلُوا التَّوْرَاةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ الْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًا بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
    Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
    (Al-Jumu’a: 5)
    Dijelaskan Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya makna hadits diatas:
    “Yaitu bila ia memukil kitab, maka ia TIDAK MENGETAHUI (tidak berilmu) apa yang ada didalamnya. Dia hanya memikil dengan pikulan inderawi saja, TIDAK MENGERTI/MEMAHAMI kandungan didalamnya.
    Demikianlah orang-orang yahudi terhadap kitab taurat yang dipikulkan kepada mereka. Mereka hanya menjaga lafazh-nya saja, namun mereka TIDAK BERUSAHA MEMAHAMI dan MENGAMALKAN maksud yang terkandung didalamnya.
    Bahkan mereka MENTAKWILnya (dengan takwil yang bathil), MENGUBAH (maksud kandungannya), (dan bahkan mereka) MENGGANTI (isinya).
    Maka dengan itu, mereka lebih jelek daripada keledai, karena keledai itu tidak mempunyai pemahaman sedikitpun tentang kitab yang dipikulnya. (Adapun mereka, yakni Yahudi), mereka memiliki pehamaman (namun tidak mau menggunakannya, dan) tidak mau mengamalkannya.
    itulah sebabnya Allåh berfirman:
    أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا
    atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami. Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari binatang ternak itu).
    ‪(Al-Furqaan: 44)‬
    dan juga dalam ayat lain, yang serupa maknanya:
    وَلَقَدْ ذَرَأْنَا لِجَهَنَّمَ كَثِيرًا مِنَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ لَهُمْ قُلُوبٌ لَا يَفْقَهُونَ بِهَا وَلَهُمْ أَعْيُنٌ لَا يُبْصِرُونَ بِهَا وَلَهُمْ آذَانٌ لَا يَسْمَعُونَ بِهَا أُولَٰئِكَ كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ أُولَٰئِكَ هُمُ الْغَافِلُونَ
    Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
    ‪(Al-A’raaf: 179)‬
    Dalam ayat ini Allah berfirman:
    بِئْسَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
    Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim.
    ‪(Al-Jumu’a: 5)‬
    Allåhul musta’aan

    sumber: http://abuzuhriy.com/