Senin, 19 Maret 2012

Jadilah para pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan (bukan sebaliknya) !

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
إِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلْخَيْرِ مَغَالِيقَ لِلشَّرِّ
“Di antara manusia ada orang yang menjadi pembuka kebaikan dan menutup keburukan.
وَإِنَّ مِنَ النَّاسِ مَفَاتِيحَ لِلشَّرِّ مَغَالِيقَ لِلْخَيْرِ
Demikian pula ada manusia yang menjadi pintu keburukan dan menutup kebaikan.
فَطُوبَى لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الْخَيْرِ عَلَى يَدَيْهِ
Maka beruntunglah orang yang Allah jadikan dirinya sebagai pembuka pintu kebaikan
وَوَيْلٌ لِمَنْ جَعَلَ اللَّهُ مَفَاتِيحَ الشَّرِّ عَلَى يَدَيْهِ
dan celakalah orang yang menjadi pintu keburukan.”
(Hadits Hasan yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah, yang dihasankan oleh Syaikh Al Albani)

Jadilah Pembuka Pintu Kebaikan Dan Penutup Pintu Keburukan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
مَنْ سَنَّ فِي الإسلام سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِها بعْدَهُ كُتِب لَه مثْلُ أَجْر من عَمِلَ بِهَا وَلا يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ
“Barang siapa yang membuat jalan kebaikan dalam Islam, kemudian amalan tersebut tetap diamalkan setelahnya, maka akan dituliskan baginya ganjaran pahala orang-orang yang mengamalkannya tanpa mengurangi pahala mereka.
(HR. Muslim)
Beliau juga bersabda:
الدال على الخير كفاعله
Yang menunjukkan manusia jalan kebaikan seolah-olah dia sama dengan orang yang mengamalkannya.
(Disahihkan oleh syeikh al-Albani dalam shahiihul jaami’)
Sebagaimana pula dalam sabda beliau:
مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُورِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ مِن أُجُورِهِمْ شَيْئًا
“Barangsiapa menyeru (mengajak) kepada petunjuk, baginya pahala sebagaimana pahala orang yang mengikutinya, tidak berkurang pahala mereka sedikitpun.
(HR Muslim)
Maka hendaklah seseorang BERILMU sebelum BERAMAL dan BERDAKWAH, agar ia dapat berbuat kebaikan untuk dirinya sendiri dan ia pula dapat menjadi pembuka pintu kebaikan bagi orang lain; atau bahkan menjadi penutup pintu keburukan bagi mereka.
Adapun seseorang yang melandasi AMAL dan DAKWAHnya dengan KEBODOHAN. maka ia akan menjadi orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, atau bahkan menjadi pintu keburukan bagi orang lain; atau bahkan menjadi penutup pintu kebaikan bagi mereka!!
Contoh dari perkara diatas seperti menyebarkan llmu:
Ilmu itu sendiri ada yang benar ada yang baathil; ada yang bermanfaat dan ada yang merugikan. Apa-apa yang benar adalah apa yang datang dari Allah dan RasulNya (menurut pemahaman para shahabat), dan apa-apa yang baathil adalah apa-apa yang menyelisihi kitabullah, as-sunnah ash-shahiihah menurut pemahaman para shahabat.
Maka barangsiapa yang mempelajari ilmu yang shahiih, kemudian ia mengamalkannya. maka itu adalah kebaikan bagi dirinya.
Dan jika ia mendakwahkannya, maka ia bisa menjadi pintu kebaikan bagi orang-orang, ia akan mendapatkan pahala orang-orang yang mengamalkan ilmu-ilmu yang ia sebarkan, tanpa mengurangi pahala orang-orang tersebut.
Dan jika orang-orang yang ia sebarkan ilmu tersebut menyebarkan ilmu yang ia ajari pada mereka, maka ia pun akan mendapatkan pahala orang-orang yang mengikuti orang-orang yang diajarinya tersebut, tanpa mengurangi pahala mereka semua. dan seterusnya.
Maka alangkah besarnya pahala tersebut! maka janganlah kita MEMBATALKAN amalan yang mulia ini dengan kesyirikan/kekufuran akbar (yang menghapus SELURUH AMALAN kita); atau dengan melakukan maksiat-maksiat atau kezhaliman terhadap makhluq sehingga amalan kita terhapus!!1
Janganlah menjadi pembuka pintu keburukan dan menjadi penutup pintu kebaikan!
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda:
ومَنْ سَنَّ فِي الإسلام سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وزر من عَمِلَ بِهَا ولا يَنْقُصُ من أَوْزَارهِمْ شَيْءٌ
dan barang siapa yang membuat jalan kejelekan dalam Islam, kemudian kejelekan tersebut tetap dilakukan setelahnya, maka akan dituliskan baginya ganjaran dosa orang-orang yang melakukannya tanpa harus mengurangi dosa-dosa mereka.
(HR Muslim)
Takutlah kita akan hadits berikut, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تُقْتَلُ نَفْسٌ ظُلْمًا إِلاَّ كَانَ عَلَى ابْنِ آدَمَ الأَوَّلِ كِفْلٌ مِنْ دَمِهَا . وَذَلِكَ لأَنَّهُ أَوَّلُ مَنْ سَنَّ الْقَتْلَ

“Tiada pembunuhan yang terjadi karena kezhaliman, melainkan anak Adam yang pertama (yakni Qabil) yang akan menanggung dosa pembunuhan tersebut karena dialah yang pertama kali melakukannya.”
(HR. Bukhari no. 32 dan Muslim no. 1677)
Bayangkanlah apabila seseorang MENGADA-ADAKAN BID’AH, (yaitu mengada-adakan keyakinan/pemahaman/amalan yang dianggap termasuk bagian dalam agama, kemudian dianggap termasuk dalam agama ini; padahal bukan); yang mana ia menjadi pelopor bid’ah tersebut, dan ia tidak bertaubat sampai wafatnya! Maka ia akan KECIPRATAN DOSA orang-orang yang berbuat bid’ah (tanpa mengurangi dosa mereka), juga kecipratan dosa penyebar bid’ah tersbut (tanpa mengurangi dosa mereka)! Alangkah binasalah dirinya!!
Disebutkan diatas bahwa beliau bersabda:
الدال على الخير كفاعله
Yang menunjukkan manusia jalan kebaikan seolah-olah dia sama dengan orang yang mengamalkannya.
(Disahihkan oleh syeikh al-Albani dalam shahiihul jaami’)
Maka yang menunjukan manusia kepada JALAN KEBURUKAN, maka dia sama saja dengan orang yang melakukan keburukan tersebut! Meskipun ia tidak mengamalkannya!!
Maka janganlah engkau BERBICARA TANPA ILMU! sehingga engkau menunjukkan jalan KEBODOHAN serta jalan KESESATAN kepada manusia! Terlebih lagi engkau adalah orang yang berpengaruh, yang dipercayai untuk diambil ilmunya, yang dipercayai untuk menjawab permasalahan agama… tapi engkau malah mengajak mereka kepada kebodohan/keragu-raguan atau malah kesesatan.. tapi engkau malah menjawab pertanyaan mereka dengan kebodohan, atau dengan keragu-raguan; atau bahkan menjawab dengan kebathilan (menyelishi kebenaran) karena engkau berbicara tanpa ilmu!
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ أُفْتِيَ بِغَيْرِ عِلْمٍ كَانَ إِثْمُهُ عَلَى مَنْ أَفْتَاهُ
“Barang siapa yang diberi fatwa tanpa ilmu maka dosanya ditanggung oleh orang yang memberikan fatwa.”
ditambahkan sulayman al mahriy:
مَنْ أَشَارَ عَلَى أَخِيهِ بِأَمْرٍ يَعْلَمُ أَنَّ الرُّشْدَ فِي غَيْرِهِ فَقَدْ خَانَهُ
“Barangsiapa memberi isyarat kepada saudaranya dalam suatu perkara dan ia mengetahui bahwa yang benar ada pada orang lain, maka sungguh ia telah berkhianat kepadanya.”
(HR. Abu Dawud, Ibnu Majah dan dinilai hasan Al Albani di dalam Shahihul Jaami’, 6068-6069, lihat Al Qaul Al Mufid, II/68, silakan baca juga Ibthaalut Tandiid bi ikhtishaari Syarhi Kitaabit Tauhid, hal. 209-210)
Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam juga bersabda:
وَمَنْ دَعَا إِلَى ضَلَالَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الْإِثْمِ مِثْلُ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئًا
Dan barangsiapa yang menyeru (mengajak) kepada kesesatan, atasnya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi demikian itu dari dosa mereka sedikitpun.”
(HR. Muslim)
Maka siapa yang mendakwahkan kesesatan/keburukan, maka ia bisa menjadi pembuka pintu keburukan bagi orang-orang atau malah menjadi penutup pintu kebaikan; disisi lain ia akan mendapatkan dosa orang-orang yang mengamalkan ilmu-ilmu yang ia sebarkan, tanpa mengurangi dosa orang-orang tersebut.
Dan jika orang-orang yang ia sebarkan ilmu tersebut menyebarkan ilmu yang ia ajari pada mereka, maka ia pun akan mendapatkan dosa orang-orang yang mengikuti orang-orang yang diajarinya tersebut, tanpa mengurangi dosa mereka semua. Belum lagi apabila orang-orang yang diajarkannya tersebut, kembali menyebarkan ilmu tersebut! Bayangkan betapa pesatnya penyebarannya! bagaimana lagi jika banyaknya pengikutnya itu semuanya menyebarkannya!!?
Maka alangkah besarnya dosa tersebut! maka janganlah kita sampai kita termasuk orang-orang yang mengamalkan kebathilan, apalagi sampai mendakwahkannya! aamiin!
Wasiat Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘Abdilmuhsin al ‘Abbaad hafizhahullaahu ta’ala
Dijelaskan Syaikh ‘Abdurrazzaaq bin ‘AbdilMuhsin al Abbad hafizhahullaahu ta’ala:
Maka barangsiapa yang menginginkan dirinya menjadi pembuka pintu kebaikan, penutup pintu keburukan serta menjadi pemilik kebahagian, maka dia harus berusaha untuk :
1. Ikhlas kepada Allah dalam perkataan dan amal, karena keikhlasan adalah pondasi dari segala sesuatu, dan semua kebaikan itu tumbuh diatasnya.
2. Berdoa kepada Allah untuk mendapatkan taufiq agar menjadi pembuka pintu kebaikan dan penutup pintu keburukan, karena do’a adalah pembuka segala pintu kebaikan. Dan Allah tidak akan menolak do’a seorang hamba dan tidak akan mengecewakan seruan seorang mukmin.
3. Bersemangat untuk mencari dan mendapatkan ilmu, karena ilmu akan menyeru kepada kebaikan dan keutamaan serta akan menjadi penghalang dari kerendahan dan kehinaan.
4. Bersegera melakukan ibadah kepada Allah, terutama yang fardhu, dan lebih khusus lagi adalah shalat. Karena dengan shalat itu dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
5. Berhias dengan akhlaq yang mulia, dan menjauhkan diri dari akhlaq yang tercela.
6. Bergaul dengan orang yang shalih dan duduk bersama mereka, karena duduk bersama mereka akan dliputi oleh rahmat dan malaikat akan menaunginya. Dan jauhilah bergaul dan duduk bersama orang yang jahat, karena majlis mereka adalah tempat turunya syaithan.
7. Menasehati manusia dengan kebaikan ketika bergaul, dan dengan menyibukkan mereka dengan kebaikan dan menjauhkan/mengalihkan mereka dari keburukan.
8. Mengingat hari dimana (hari tersebut) setiap hamba berdiri dihadapan Rabbul alamin
Sehingga Allah membalas setiap orang yang berbuat kebaikan dengan kebaikan dan membalas orang yang bermaksiyat sesuai dengan kemaksiyatanya. Allah berfirman dalam surat al zalzalah ayat 7-8 :
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ . وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
“Barangsiapa beramal kebaikan sebesar dzarrah niscaya dia akan meihatnya, dan barangsiapa yang beramal keburukan sebesar dzarrah, niscaya dia akan melihatnya”.
Dan tiang dari itu semua adalah keinginan yang kuat dari seorang hamba terhadap kebaikan dan untuk memberi manfaat kepada sesama. Maka kapan saja seseorang ketika keinginan itu kuat, niat telah terpancang, dan azzam telah kokoh, lalu meminta pertolongan kepada Allah kemudian mendatangi urusan itu melalui pintunya, niscaya – dengan izin Allah – dia akan menjadi pembuka pintu-pintu kebaikan dan penutup pintu-pintu keburukan.
Dan Allah akan menolong hamba dengan taufiq Nya, kemudian akan membukakan kebenaran kepada siapa saja yang dikehendaki Nya, dan dia adalah sebaik-baik pembuka pintu kebaikan.
(Diterjemahkan anNajiyah dari Majalah Ommaty, edisi 46 Rojab 1429; Sabtu, 7 Rabi’ul Awwal 1431/19 februari 2010)
Semoga bermanfa’at
Catatan Kaki
  1. Yaitu kita berusaha agar kita pun tidak terjatuh kepada syirik ashghar (seperti riya’, sum’ah, ujub, takabur, dsb) agar pahala kita tidak terhapus. dan kita pun berusaha untuk menjaga diri kita dari maksiat-maksiat.. karena maksiat dapat menghapuskan amalan, sebagaimana sabda Rasulullah:
    لَأَعْلَمَنَّ أَقْوَامًا مِنْ أُمَّتِي يَأْتُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِحَسَنَاتٍ أَمْثَالِ جِبَالِ تِهَامَةَ بِيضًا فَيَجْعَلُهَا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَبَاءً مَنْثُورًا
    Aku benar-benar melihat diantara umatku pada hari Kiamat nanti, ada yang datang dengan membawa kebaikan sebesar gunung di Tihamah yang putih, lalu Allah menjadikannya seperti kapas berterbangan…
    Tsauban bertanya, Ya Rasulullah, jelaskan kepada kami siapa mereka itu agar kami tidak seperti mereka sementara kami tidak mengetahui!
    Beliau bersabda,
    أَمَا إِنَّهُمْ إِخْوَانُكُمْ وَمِنْ جِلْدَتِكُمْ وَيَأْخُذُونَ مِنْ اللَّيْلِ كَمَا تَأْخُذُونَ وَلَكِنَّهُمْ أَقْوَامٌ إِذَا خَلَوْا بِمَحَارِمِ اللَّهِ انْتَهَكُوهَا
    Mereka adalah saudara-saudara kalian dan sebangsa dengan kalian, mereka juga bangun malam seperti kalian, akan tetapi apabila mendapat kesempatan untuk berbuat dosa, mereka melakukannya
    (HR. Ibnu Majah, disahihkan oleh Syaikh Al-Bany dalam Silsilatul Ahaadits Shahihah No,505)
    dan juga sabda beliau:
    إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
    “Sesungguhnya AL-MUFLIS (orang bangkrut) dari ummatku adalah orang-orang yang datang di Hari Kiamat dengan membawa PAHALA shalat, puasa, dan zakat, tetapi ia juga pernah MENCACI si fulan, MENUDUH si fulan (tanpa bukti), memakan harta si fulan, MENUMPAHKAN DARAH si fulan, memukul si fulan, maka diberikanlah pahalanya pada si fulan dan si fulan.”
    فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
    “Sehingga apabila telah habis pahalanya sebelum habis dosanya, maka diambillah dosa orang-orang lain tersebut dan dipikulkan pada dirinya lalu dilemparkan ia ke neraka.”
    (HR. Muslim)
    Maka semoga kita tidak termasuk dari dua golongan diatas, aamiin..

    Sumber: http://abuzuhriy.com/