Jumat, 21 September 2012

Indahnya Ukhuwah Islamiyah #1

Bismillah. Alhamdulillah, ashshalatu was salaamu 'ala Rasuulillah wa 'ala aalihi wa shahbihi wa man tabi'ahum bi ihsan ilaa yaumil qiyaamah.

Di zaman ini, kita telah melihat banyaknya hal-hal yang menyimpang dari kebenaran dan manhaj yang shahih. Termasuk dalam hal berukhuwah. Ukhuwah saat ini kebanyakannya tidaklah dibangun di atas keimanan, melainkan karena tendensi-tendensi duniawi. Itulah yang terjadi di tengah-tengah ummat Islam saat ini.

Diantara misi diutusnya Rasulullah shallallahu'alayhi wasallam yakni mempersatukan manusia di bawah kalimat tauhid. Dalam sebuah kitab berjudul "Jalan Menuju Kebahagiaan" karya seorang ulama al Haramain disebutkan, 
"Semua ikatan kekerabatan/persaudaraan akan berbalik menjadi permusuhan di akhirat kelak  kecuali pertemanan/hubungan yang dibangun karena Allah."


Allah Ta'ala berfirman yang artinya:
'Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang bertakwa.' (QS. Az Zukhruf:43)
Ibnu Katsir rahimahullah menafsirkan: Semua hubungan kekerabatan, dia akan berbalik menjadi permusuhan kecuali jika hubungan tersebut dibangun di atas tauhid.
Persaudaraan ini akan kekal karena Allah itu kekal.

Persaudaraan (ukhuwah) dalam Islam terbagi atas 2:
  1. Ukhuwah yang dibangun di atas ikatan nasab (keturunan)
  2. Ukhuwah yang dibangun karena Allah, karena se-aqidah (seagama Islam). Ini adalah ukhuwah yang paling kokoh, inilah yang kekal hingga hari kiamat.
Ada beberapa perbedaan antara ukhuwah karena nasab dan ukhuwah fillah, diantaranya;
  1. Ukhuwah karena nasab tidaklah kekal bahkan bisa berbalik menjadi permusuhan. Sedangkan ukhuwah fillah akan kekal hingga hari kiamat.
  2. Ukhuwah karena nasab kebanyakannya mengantar kepada kelalaian/urusan dunia, sedangkan ukhuwah fillah mengantar kepada peribadahan/ketaatan kepada Allah.
Seorang shahabat, Hanzhalah radhiyallahu 'anhu pernah menceritakan tentang dirinya.
Dari Hanzhalah: Abu Bakr berjumpa denganku dan berkata: “Bagaimana kabarmu, wahai Hanzhalah?” Aku katakan: “Hanzhalah telah tertimpa kemunafikan!” Beliau berkata: “Subhanallah, apa yang kau ucapkan?” Aku katakan: “Ketika kita ada di sisi Rasulullah shallallahu'alayhi wa sallam yang memperingatkan tentang surga dan neraka, sepertinya kita melihat dengan mata kepala kita. Tapi jika kita pulang dari majelis Rasulullah, kita sibuk dengan istri dan anak serta mata pencaharian, maka kitapun banyak lupa.” Abu Bakr berkata: “Demi Allah, kitapun merasakan hal tersebut.” Maka akupun berangkat bersama Abu Bakr hingga masuk menemui Rasulullah shallallahu'alayhi wa sallam. Aku katakan: “Hanzhalah telah tertimpa kemunafikan, wahai Rasulullah!” Rasulullah shallallahu'alayhi wa sallam berkata: “Ada apa ini?” Aku katakan: “Wahai Rasulullah, ketika kami ada di sisi Rasulullah n yang memperingatkan tentang surga dan neraka, sepertinya kami melihat dengan mata kami. Tapi jika kami pulang dari majelis Rasulullah, kami sibuk dengan istri dan anak serta mata pencaharian, maka kamipun banyak lupa.” Rasulullah berkata: “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, jika kalian terus merasakan seperti keadaan berada di sisiku dan terus berdzikir, niscaya malaikat akan menyalami kalian di tempat tidur dan jalan-jalan. Akan tetapi wahai Hanzhalah, sesaat, sesaat.” (HR. Muslim)

Ini menunjukkan bahwa ukhuwah yang dibangun di atas ketaatan kepada Allah adalah persaudaraan yang hakiki. Pernah juga Ibnul Mubarak rahimahullah mengatakan bahwa persahabatan yang dibangun karena Allah dan senantiasa mengajak kepada ketaatan lebih beliau cintai daripada ukhuwah karena nasab.

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki yang mengunjungi saudaranya di tempat lain. Lalu Allah mengutus malaikat untuk mencegah agar lelaki tersebut tidak mengunjungi saudaranya. Malaikat lalu bertanya bahwa apakah kepergiannya untuk urusan dunia (mengabarkan sebuah urusan dunia)?, lelaki tersebut menjawab, "Tidak", dan ternyata beliau ingin mengunjunginya disebabkan kecintaannya kepada saudaranya karena Allah. Lalu malaikat mengabarkan kepada lelaki tersebut, bahwa Allah mencintainya sebagaimana cintanya kepada saudaranya. MasyaAllah...

Perbedaan antara dua jenis ukhuwah ini tidak ada tatkala persaudaraan karena nasab dibarengi oleh kecintaan kepada Allah.

Sumber:
  1. http://asysyariah.com/
  2. Catatan ta'lim 20 Rabiuts Tsani 1431H,6 April 1010 @ Masjid Ulil Albab UNM