Bismillah. Alhamdulillah, hamdan katsiiran thoyyiban mubaarokan fiih...
Berikut ini kami suguhkan pembahasan singkat tentang makna, rukun, dan konsekuensi dari syahadat Muhammadarrasulullah. Semoga ini menjadi bahan perenungan dan koreksi diri bagi penulis dan pembaca sekalian, mengingat banyaknya diantara kaum muslimin yang mengikrarkan syahadatain akan tetapi NOL BESAR dalam hal pengamalan konsekuensinya.
:: MAKNA
Makna syahadat Muhammadarrasulullah yakni mengikrarkan dengan lisan, mengimani dengan hati, bahwa Muhammad bin Abdillah bin 'Abdul Mutthalib adalah Rasul yang diutus oleh Allah untuk membawa syariat kepada jin dan manusia.
Adapun orang yang mengikrarkan dengan lisan namun mengingkari dengan hati, maka mereka itulah orang-orang munafik. Sebagaimana yang Allah firmankan dalam QS. Al Munafiqun :1.
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Rasulullah bukanlah Muhammad yang lain atau Ahmad yang lain, bukan Ahmad Mushaddiq, Mirza Ghulam Ahmad, melainkan Muhammad bin 'Abdillah al Qurasy al Hasyimi.
:: RUKUN
Rukun syahadat Muhammadarrosulullah:
1. Beriman bahwa beliau shallallahu 'alayhi wasallam sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yakni bahwa Rasulullah juga manusia biasa sebagaimana manusia pada umumnya. Firman Allah Ta'ala dalam QS. Al Kahfi:110,
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلا صَالِحًا وَلا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".
Beliau makan, tidur, menikah, berjalan di muka bumi, meninggal, sama seperti kita. Bahkan beliau lupa sebagaimana kita lupa. Beliau juga tidak mengetahui perkara yg ghaib (QS.al An'am:50).
قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الأعْمَى وَالْبَصِيرُ أَفَلا تَتَفَكَّرُونَKatakanlah: "Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang gaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku. Katakanlah: "Apakah sama orang yang buta dengan orang yang melihat?" Maka apakah kamu tidak memikirkan (nya)?
Firman Allah dalam QS al Jinn :21-22
قُلْ إِنِّي لا أَمْلِكُ لَكُمْ ضَرًّا وَلا رَشَدًا,قُلْ إِنِّي لَنْ يُجِيرَنِي مِنَ اللَّهِ أَحَدٌ وَلَنْ أَجِدَ مِنْ دُونِهِ مُلْتَحَدًا
Katakanlah: "Sesungguhnya aku tidak kuasa mendatangkan sesuatu kemudaratan pun kepadamu dan tidak (pula) sesuatu kemanfaatan". Katakanlah: "Sesungguhnya aku sekali-kali tiada seorang pun yang dapat melindungiku dari (azab) Allah dan sekali-kali tiada akan memperoleh tempat berlindung selain daripada-Nya".
Ayat-ayat di atas menjelaskan sisi kemanusiaan Rasulullah Shallallahu'alayhi wasallam, bahwa Rasulullah tdk bisa menimpakan kemudharatan dan memberi hidayah. Tidak memiliki kekuasaan untuk memberi kemanfaatan dan kemudharatan kecuali atas izin Allah. Dan seandainya beliau tau perkara ghaib maka beliau tentu bisa menghindari musibah. Beliau hanyalah pemberi peringatan dan kabar gembira bagi org beriman.
Rukun ini menafikan sikap ifrath (berlebih-lebihan) sebagaimana umat Nasrani yang berlebihan terhadap rasul yang diutus kepada mereka, sehingga mereka mengkultuskan nabi Isa 'alayhissalam sebagaimana mereka menyembah Allah.
2. Beriman bahwa beliau Shallallahu 'alayhi wasallam sebagai utusan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Rukun ini menafikan sikap tafrith yakni meremehkan. Walaupun, Rasulullah adalah manusia biasa, beliau adalah Rasul yang diutus oleh Allah kepada jin dan manusia. Beliau adalah manusia teladan. Tidak sebagaimana orang-orang Yahudi yang menentang dakwah bahkan membunuh rasul yg diutus kepada mereka. Sehingga orang-orang yang senantiasa menolak dakwah Rasulullah, enggan ta'at kepada beliau bahkan mencela apa yang dibawanya, mereka sejatinya adalah para pengikut kaum Yahudi.
::KONSEKUENSI:
Adapun konsekuensi syahadat Muhammadarrosulullah adalah:
1. Mentaati apa yg beliau perintahkan. Hakikat ketaatan kepada rasulullah adalah seperti ketaatan kepada Allah. Sebagaimana Firman Allah dalam QS An Nisa:80
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًاBarang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.
Barangsiapa yang taat kepada rasul dia akan mendapat hidayah, dan selainnya, dia tdk akan mendapat petunjuk. Firman Allah dalam QS. An Nuur:54
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُKatakanlah: "Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang."
Barangsiapa yg taat kepada rasul, maka dia akan mndapat rahmat (QS. 24:56)
وَأَقِيمُوا الصَّلاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَDan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.
2. Membenarkan beliau pada apa yg beliau kabarkan. Apa yg beliau sampaikan harus kita benarkan dan percayai, utamanya perkara yg ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal kita yg pendek. Tidak sebagaiamana ahli filsafat atau ahlul kalam. Mereka tdk prcaya dengan adzab kubur, surga, neraka, dan hari berbangkit. Mereka selalu mencari alasan, bahkan dengan mudah mereka mengatakan "tidak masuk akal". Mereka mengatakan bhwa malaikat hanyalah potensi kebaikan dalam diri manusia, mereka hanya khayalan.Sampai mereka mengatakan bahwa kenabian bisa dicapai dengan akal padahal Nabi hanya berbuat dan berkata dengan wahyu.Padahal Allah berfirman dalam QS. An Najm:3-4:
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى,إِنْ هُوَ إِلا وَحْيٌ يُوحَى
dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya, Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya),
3. Menjauhi apa yg beliau larang dan beliau cela. Ketaatan kepada Allah dan Rasul tdk bisa dipisahkan, sehingga wajibnya menjauhi larangan Allah sama dengan wajibnya menjauhi larangan Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam.
مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَى رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَى فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الأغْنِيَاءِ مِنْكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِApa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS. Al Hasyr:7)
Allah mengancam dg ancaman yg keras bagi orang yg tidak mau taat kepada rasul dan meninggalkan larangan rasul. (QS24:63)
Allah Ta'ala berfirman :
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih". [An-Nuur : 63].
Imam Ahmad bin Hambal berkata : "Tahukah anda, apakah yang dimaksud dengan fitnah ?. Fitnah, yaitu syirik. Boleh jadi apabila menolak sebagian sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam akan terjadi pada hatinya suatu kesesatan, akhirnya akan binasa".
Ada sebuah kaidah ushul yang penting untuk kita ketahui bahwasanya Hukum asal perintah adalah wajib, sampai ada dalil yang memalingkannya dari hukum asal tesebut. Demikian pula asal larangan itu adalah wajib hingga ada dalil yg memalingkannya, entahkah menjadi makruh atau mubah. Ini juga berlaku pada hadits. Misalnya perintah memelihara jenggot. Walaupun tidak ada dalam al qur'an, tetapi ada hadits yg memerintahkannya, sehingga ia menjadi wajib karena tidak ada yg memalingkannya. Kecuali hadits dari Abdullah bin Umar bahwa rasulullah memotong jenggotnya yg melebihi genggamannya (ketika haji dan umroh). Tapi ini diingkari oleh banyak sahabat. Akan tetapi jika ada yang mengamalkan karena meyakini kebenarannya, maka tidak boleh serta merta disalahkan, karena ada salafnya.
Contoh lain adalah isbal. Banyak hadits mutawatir mengenai larangan isbal. Tapi mengapa banyak yang tidak mengamalkannya? Maka jawabannya adalah, banyaknya orang yg mengamalkan bukanlah barometer kebenaran. Perintah tetap saja wajib sampai ada dalil yang memalingkan.
Adapun pengecualian "bagi yg tidak sombong", Syaikh al Utsaimin mengomentari lafadz ini bahwa orang yg melakuakan isbal dengan kesombongan, maka dosanya lebih besar daripada orang yg melakukannya tanpa kesombongan. Sehingga kesimpulannya, bahwa orang yg isbal itu berdosa, baik dilakukan dengan sombong maupun tidak.
4. Tidaklah Allah disembah kecuali dengan apa yang Rasulullah contohkan kepada kita. Artinya, dalam hal ibadah kepada Allah, maka kita WAJIB senantiasa ittiba' (mencontoh) kepada petunjuk yang dibawa Rasulullah shallallahu 'alayhi wasallam. Karena memalingkan diri dari petunjuk Rasulullah akan menjatuhkan kita dalam perkara yang amat berbahaya, yakni bid'ah (perkara yang diada-adakan).
عَنْ أم المؤمنين أم عبدالله عائشة رضي الله عنها قالت : قال رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم ” من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد “ رواه البخاري ومسلم وفي رواية لمسلم ” من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد
Dari Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha beliau berkata “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘ Barang siapa membuat suatu perkara baru dalam urusan (agama) kami yang tidak berasal dari kami, maka ia tertolak’ . (HR Bukhari-Muslim)
Sebagaimana telah diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu 'anhu,
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا خَطَبَ احْمَرَّتْ عَيْنَاهُ وَعَلاَ صَوْتُهُ وَاشْتَدَّ غَضَبُهُ حَتَّى كَأَنَّهُ مُنْذِرُ جَيْشٍ يَقُولُ « صَبَّحَكُمْ وَمَسَّاكُمْ ». وَيَقُولُ « بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ ». وَيَقْرُنُ بَيْنَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى وَيَقُولُ « أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ »
Dari Jabir bin Abdillah berkata : Jika Rasulullah berkhutbah maka merahlah kedua mata beliau dan suara beliau tinggi serta keras kemarahan (emosi) beliau, seakan-akan beliau sedang memperingatkan pasukan perang seraya berkata "Waspadalah terhadap musuh yang akan menyerang kalian di pagi hari, waspadalah kalian terhadap musuh yang akan menyerang kalian di sore hari !!". Beliau berkata, "Aku telah diutus dan antara aku dan hari kiamat seperti dua jari jemari ini –Nabi menggandengkan antara dua jari beliau yaitu jari telunjuk dan jari tengah-, dan beliau berkata : "Kemudian daripada itu, sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Al-Qur'an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang baru dan semua bid'ah adalah kesesatan" (HR Muslim no 2042)
Dalam riwayat An-Nasaai ada tambahan
وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ ، وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ
"Dan semua perkara yang baru adalah bid'ah dan seluruh bid'ah adalah kesesatan dan seluruh kesesatan di neraka" (HR An-Nasaai no 1578)
Diriwayatkan oleh sahabat 'Irbaadh bin Sariyah, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berkata :
«فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِى فَسَيَرَى اخْتِلاَفًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»"Sesungguhnya barangsiapa yang hidup setelahku maka dia akan melihat banyak perselisihan, maka wajib bagi kalian untuk mengikuti sunnahku dan sunnah para khulafaaur rosyidin yang mendapat petunjuk setelahku, berpegang teguhlah dengan sunnah-sunnah tersebut, dan gigitlah ia dengan geraham kalian. Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru, karena semua perkara baru adalah bid'ah dan semua bid'ah adalah kesesatan" (HR Abu Dawud no 4069)
Inilah salah satu sebab bid'ah itu lebih bahaya daripada maksiat. Karena bid'ah langsung bersentuhan dengan aqidah yakni syahadat anna muhammadan rosulullah.
Demikianlah makna, rukun, dan konsekuensi dari Syahadat Muhammadan Rosulullah. Jadi, orang-orang yang telah melafadzkan syahadatain, menjadi WAJIB baginya untuk menjalankan segala konsekuensi ini. Sehingga, syahadatain benar-benar menjadi pondasi dan benteng bagi kita. Bukan justru menjadikan kita mencukupkan diri dengan ikrar lisan, melainkan menjadi muslim yang kaffah dengan memahami hakikat syahadat yang sesungguhnya.
Semoga bermanfaat. Segala yang benar datangnya dari Allah dan segala yang salah datangnya dari diri kami pribadi dan dari gangguan syaithan la'natullah 'alayh.
Subhanakallahumma wa bihamdik asyhadu an laa ilaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilayk. Washallallahu 'ala nabiyyina Muhammad wa 'ala alihi wa ashaabihi wasallam.
Sumber:
- Catatan kajian al Ushulutstsalatsah oleh Ustadz Sofyan Chalid Ruray hafidzhahullah [Via Streaming Radio al Madinah]
- Beberapa dalil hadits kami ambil dari situs-situs shahih insyaAllah [efek belum paham bahasa Arab, sehingga tidak bisa pake maktabah Syamilah]
Diselesaikan di Kampung Pesisir, Barru [dalam gerimis di keheningan malam]
00:48 a.m