Memang, terik surya di kemarau ini cukup membakar.
Tetapi hari ini, mendung menyelimuti hati kami. Kami yang tadinya menanti hari kelulusan di ma'had, dan merencanakan acara penamatan angkatan pertama. Bagaimana tidak? Selembar kertas putih berisi kolom yang tertulis di sana nilai2 kami tetiba terpajang di lauhah kampus. Dan menyebabkan tangis berderai dari mata para muslimah yang sejak 2,5 tahun terakhir membersamaiku duduk di kampus itu. Canda tawa tak lagi ada. Berubah menjadi kesedihan dan duka. 12 dari kami tidak lulus di semester ini. Sisanya lulus dan tidak ada yang mendapat predikat mumtazah. Sedihnya...tp itulah takdir. Tak ada yang harus dilakukan selain ridha dan bersabar menghadapinya.
.:: el Mujahidah ::.
Pindahkan cinta di hatimu ke mana saja kamu suka… Tetapi cinta sesungguhnya hanyalah untuk kekasih pertama… Berapa banyak tempat di bumi yang disinggahi pemuda… Namun kerinduannya senantiasa untuk rumah pertama….*
Rabu, 26 Agustus 2015
Mendung
Sabtu, 08 Agustus 2015
Hari Bahagia
Alhamdulillah, tanggal 5 Agustus kemarin kami sah menjadi pasangan suami istri. Semoga bisa membina keluarga sakinah mawaddah dan rahmah serta mencetak generasi Islam gemilang di masa depan. Aamiin...
Jazaakumullahu khayraa atas doanya semua...
Kamis, 16 April 2015
Pelakon Lagu Balonku Ada 5
Really, hari ini benar-benar aneh, perasaan saya seperti pemeran lagu Balonku Ada 5, yang hatinya kacau karena balonnya 1 meletus. Rintik hujan ikut jadi saksi kegalauan yang menyergap tiba-tiba.
Entah, menjalani hal ini bukan pertama kalinya, tetapi perasaan yang muncul barusan separah ini. Hanya kepada Rabbku kugantungkan hatiku. Di jemariNya lah segala urusan....
Speechless...
Just can say,
"Pada akhirnya, pilihan Allah adalah segalanya. Adapun kita, hanya bisa berikhtiyar. Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang mukmin melebihi keridhoan Rabbnya, dan keridhoannya terhadap apa yang ditetapkan Rabbnya untuknya."
Rabu, 07 Januari 2015
Kepada Rinai Kubercerita
Wahai rinai, Izinkan aku bertutur
Pada rintikmu yang sendu menyejukkan
Pada gemericikmu, yang memanggil rindu
Pada pandangmu yang lekat kepadaku
Aku...
Dengan asa yang mengangkasa
Telah kubahasakan ke langit
Yang tunduk berdzikir pada pekat malam
Tentang cahaya yang tak ingin kupadamkan
Bahkan tak rela jika ia meredup
Biar sepi menemani
Tak mengapa...asal cahaya itu berkunang
Berpendar-pendar menari
Setidaknya itu menjadi penghibur diri
Sekelebat tanya pun mengutas bak tali
Akankah kudapat menjaganya?
Ah...aku tau aku tak bisa
Itu di luar sanggupku
Kecuali kupinta kepadaNya,
Sang Pemberi Cahaya
Nuur...itulah iman
Yang ku tak ingin kehilangan bahkan jauh darinya
Yaa Allah...pintaku
Hidupkan dan matikan aku di atasnya
Istiqomah...itulah hadiah terindah yang kuharap
Selasa, 06 Januari 2015
Bersamamu, Aku...
Sejujurnya...
Aku sangat tau rasa ini tak layak berada di sini
Bayang yang tak pantas dimimipi
Nama yang tak layak kupatri
Namun dia datang bertamu pada lamunan yang tadinya beku
Tiba-tiba, jiwa tergerak, mencari sosoknya
Yang telah lama luput dari ingatan
Meski memang berusaha kutenggelamkan di kedalaman samudera
Atau kuhempaskan bersama ombak yang menerjang karang
Lalu...kenapa kembali? Di saat aku berusaha terbangun
Impian-impian kembali terajut
Tuk bersama melukis pada awan yang berarak
Tuk bersama berjalan di atas lengkung pelangi
Tuk bersama memandangi rona kemuning senja
Tuk saling berkisah tentang kita di masa lalu
Ah, ilusi...
Lagipula...pohon harapan telah menggugurkan dedaunnya
Menanti musim semi yang kan memekarkan pucuknya
Mungkin, harapan harus kusimpan saja untuk diriku
Bersama dia yang tertulis di sana
Yang tak pernah kutahu siapa...
Tapi aku yakin, itu akan menjadi kejutan
Ketika nanti ku terjaga...
Semoga